"Setahun kemudian saya diundang lagi. Patrick Ladru diundang saya dan orang tua saya ke kantornya dan kemudian saya diberitahu bahwa saya bisa bermain di tim E3," kenang Shayne.
![Para pemain Timnas Indonesia yakno Mees Hilgers, Shayne Pattynama dan Asnawi Mangkualam berlatih jelang menghadapi Bahrain. [Dok. PSSI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/10/08/51400-para-pemain-timnas-indonesia-yakno-mees-hilgers-shayne-pattynama-dan-asnawi-mangkualam.jpg)
"Itu mimpi yang jadi kenyataan," sambungnya. Namun, karier Shayne di Ajax tidak berjalan mulus meski ia bertahan selama 3 tahun.
Masih berusia sangat kecil, jauh dari orang tua dan belum memiliki mental kuat membuat Shayne kebingungan sendiri saat gabung di tim E3 Ajax.
"Saya adalah anak yang sensitif, jadi saya mengalami saat-saat di mana saya merasa sangat takut," ungkapnya.
"Saya juga jujur tidak suka dengan pelatih saat itu. Ia kerap berteriak kepada anak-anak dan mengatakan yang tidak sopan,"
"Sejujurnya saya beberapa kali berpura-pura cedera saat latihan karena takut dengan teriakan pelatih itu," cerita Shayne.
Meski ditegaskan oleh Shayne bahwa tidak semua hal buruk ia alami saat berada di Ajax. Shayne mengaku mendapatkan momen indah di akademi Ajax.
"Saya sangat senang bisa bermain di sana selama tiga tahun," kata Shayne Pattynama.