Namun, sepak bola selalu punya plot twist. Di tengah hujan Jakarta, skema taktik Renard harus menyerah pada permainan cepat dan agresif timnas Indonesia bentukan Shin Tae-yong. Dua gol Marselino Ferdinan memastikan The Green Falcons pulang dengan tangan kosong.
Kekalahan ini menambah daftar korban high-profile Shin Tae-yong. Pelatih Korea Selatan ini memang dikenal dengan kemampuannya mengalahkan tim-tim besar. Sebelum mengalahkan Arab Saudi, timnas Indonesia di bawah asuhannya juga pernah mengejutkan Korea Selatan dan Vietnam.
Sejak ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong telah melakukan revolusi dalam gaya permainan tim Garuda. Dia memperkenalkan pressing tinggi, transisi cepat, dan keberanian bermain bola-bola pendek - elemen yang justru membuat Arab Saudi kesulitan di Jakarta.
Kemenangan atas tim asuhan Renard bukan hanya tentang tiga poin. Ini adalah bukti nyata bahwa transformasi timnas Indonesia di bawah Shin Tae-yong sudah berada di jalur yang tepat. Bahkan pelatih sekaliber Renard pun harus mengakui: sepak bola Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.
Herve Renard mungkin pernah membuat Messi kehilangan senyum di Qatar, tapi di Jakarta, dia harus mengakui kehebatan strategi Shin Tae-yong. Kisah ini mengajarkan bahwa dalam sepak bola modern, tidak ada lagi tim kecil atau tim besar - yang ada hanya persiapan dan eksekusi.
Bagi Renard, kekalahan di Jakarta mungkin akan menjadi salah satu momen pembelajaran berharga. Dan bagi sepak bola Indonesia, kemenangan ini adalah tonggak sejarah yang membuktikan bahwa mereka sudah siap bersaing di level tertinggi Asia.