Mencari Kelemahan Jepang: Memori 6 Tahun Lalu Jadi Modal Shin Tae-yong

Galih Prasetyo Suara.Com
Kamis, 14 November 2024 | 10:57 WIB
Mencari Kelemahan Jepang: Memori 6 Tahun Lalu Jadi Modal Shin Tae-yong
Mencari Kelemahan Jepang: Memori 6 Tahun Lalu Jadi Modal Shin Tae-yong [Ilustrasi: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Besok 15 November 2024, Timnas Indonesia menjamu Jepang dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Jepang dianggap lebih unggul dan Timnas Indonesia menjalani misi sulit. Meski begitu bola itu bundar dan semua hal dapat terjadi di lapangan hijau.

Di atas kertas tak ada yang bisa pungkiri bahwa Jepang adalah raksasa Asia saat ini. Mereka punya pemain berkualitas di semua lini, ditilik dari rangking FIFA pun Jepang lebih unggul dibanding Indonesia. Tapi bukan berarti Jepang tidak punya kelemahan.

Menariknya, pelatih Shin Tae-yong sebenarnya punya modal kuat untuk bisa membawa Timnas Indonesia mengalahkan Jepang. Modal itu ialah kemenangan Korsel atas Jerman di Piala Dunia 2018.

Baca Juga: Sandy Walsh Kangen Duet Maut Pratama Arhan - Elkan Baggott, Mau Lobi STY BIar Berdamai?

Coach Shin Tae Yong saat mendampingi Korea Selatan di Piala Dunia 2018 (fifa.com)
Coach Shin Tae Yong saat mendampingi Korea Selatan di Piala Dunia 2018 (fifa.com)

Apa hubungannya kemenangan Korsel atas Jerman dengan peluang Indonesia kalahkan Jepang?

Salah satu media Australia, The Roar beberapa waktu lalu mempublikasikan artikel mengenai kelemahan Jepang. Dalam ulasannya, kebangkitan sepak bola Jepang tak bisa dipisahkan dengn Jerman.

Sejak 1861, Jepang menjalin hubungan erat dengan Jerman. Catatan sejarah ini tak bisa dipisahkan dengan cara Jepang membangun sepak bola mereka.

Orang-orang Jepang selalu menganggap bangsa Prusia atau Jerman layak ditiru dan dicontoh. Bahkan dengan filosofi 'fukoku kyohei' atau yang artinya memperkaya bangsa, memperkuat militer, Jepang meniru Jerman di segala bidang, termasuk sepak bola.

Jika bertanya kepada orang Jepang, siapa bapak sepak bola mereka, mayoritas akan menjawab Dettmar Cramer. Siapa Dettmar Cramer? Sosok yang dianggap profesor sepak bola ini ialah pria kelahiran Dortmund, Jerman yang membangun sepak bola Jepang.

Baca Juga: Latihan Timnas Jepang Dihiasi Canda Tawa, Remehkan Timnas Indonesia?

Cramer yang datang ke Jepang pada 1960 memperkenalkan taktik dan filosofi sepak bola Jerman yang kemundian diserap Jepang. Cramer menekankan pada displin, efisiensi dan organisasi permainan.

8 tahun setelah kedatangan Cramer, tim nasional Jepang sukses meraih medali perunggu Olimpiade 1968.

Selama ini publik mengira bahwa sepak bola Jepang disebabkan Brasil, karena Brasil jadi diaspora Jepang terbesar, seperti Indonesia dengan Belanda. Selain itu, banyak pemain Brasil yang bermain di J-League.

Namun sebenarnya, Brasil sama sekali tidak mempengaruhi sepak bola Jepang.

Kembali ke laga Timnas Indonesia vs Jepang, Shin Tae-yong yang memiliki taktik jitu saat mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018 bisa menerapkan pendekatan yang sama untuk tim Garuda.

Indonesia vs Jepang saat bertemu di Piala Asia 2023. Kini, timnas Indonesia akan menjamu Jepang di Stadion GBK pada 15 November 2024 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Official PSSI/PSSI.org)
Indonesia vs Jepang saat bertemu di Piala Asia 2023. Kini, timnas Indonesia akan menjamu Jepang di Stadion GBK pada 15 November 2024 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Official PSSI/PSSI.org)

Jika ditilik lebih mendalam, beberapa kelamahan Jepang sebenarnya cermin dari kelemahan Jerman. Seperti diketahui, Jepang memiliki keunggulan seperti pemain mereka kerja keras, displin dan organisai tim.

Namun Jepang juga jadi tim yang kaku, kurangnya fleksibilitas sepertinya Jerman. Selain itu, pemain Jepang juga kerap melakukan kesalahan sendiri, hal ini bisa dilihat saat mereka tersingkir di Piala Asia 2023 pada babak perempat final atau saat pertahanan mereka kocar-kacir saat bertemu Kroasia di Piala Dunia 2022.

Kesalahan individu pemain Jepang mirip dengan kelakuan pemain Jerman saat dengan mudahnya dibobol dua gol oleh dua pemain Korsel di masa injury time pada Piala Dunia 2018.

"Jelas bahwa mengalahkan Jepang saat ini sangat sulit, tetapi tidak ada yang mustahi. Namun Jepang mempunyai kelemahan, seperti kurangnya fleksibilitas dan penjagaan pemain yang buruk," ulas media Australia.

Saat mampu mengalahkan Jerman bersama Korsel di Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong menerapkan taktik pertahanan yang sangat displin dan berani meladeni permainan cepat Jerman.

Jerman saat itu mampu menguasai jalannya permainan. Pasukan Joachim Loew bahkan menguasai bola 74 persen, sedangkan Korsel hanya 24 persen.

Jerman terus menggempur Korsel, tercatat pemain Jerman lepaskan 28 tendangan namun kiper Cho Hyun-Woo mampu menggagalkan itu semua. Hingga akhirnya saat Jerman frustasi, Korsel mampu bangkit dan mencetak 2 gol di masa injury time.

Nah, saat ini Shin Tae-yong punya modal untuk mengulang momen sama saat melawan Jepang. Jika dulu Shin punya Cho Hyun-Woo, besok Maarten Paes bakal jadi andalan.

Keberadaan Kevin Diks juga akan memperkuat pertahanan Timnas Indonesia bersama Jay Idzes dan Rizky Ridho. Jika mampu membuat Jepang frustasi sulit bongkar pertahanan Indonesia, serangan balik mengandalkan kecepatan Ragnar Oratmangoen bukan tidak mungkin akan menciptakan peluang untuk merobek gawang Zion Suzuki.

Selain itu, pemain Timnas Indonesia harus mampu lebih fleksibel, mengadaptasi perubahan taktik dengan cepat, tenang, meminimalisir kesalahan sendiri, serta bermain lebih displin dan efisien demi bisa mengalahkan Jepang di SUGBK.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI