Suara.com - Penyerang Timnas Indonesia, Rafael Struick, memiliki karier sempurna dibanding kompatriotnya seperti Pratama Arhan dan Marselino Ferdinan.
Karier sempurna penyerang berusia 21 tahun itu ditunjukkan setelah dirinya mencetak gol perdana bagi klubnya, Brisbane Roar, di ajang A-League atau Liga Australia.
Rafael Struick mampu mencetak gol perdananya bagi Brisbane Roar itu saat berhadapan dengan salah satu tim kuat, yakni Sydney FC, Jumat (1/11).
Eks penyerang ADO Den Haag itu berhasil mencatatkan namanya di papan skor lewat sontekan jarak dekat yang mengolongi kiper lawan di menit ke-78.
Baca Juga: Asnawi Mangkualam Absen, Jay Idzes Kembali Jadi Kapten Timnas Indonesia?
Hebatnya, gol ini tercipta hanya delapan menit setelah dirinya masuk ke lapangan dan tercipta di laga keduanya bersama Brisbane Roar.
Tak cukup sampai di situ, gol tersebut juga menjadi gol perdana dalam karier profesional pemain kelahiran Leidschendam itu.
Sebagai informasi, Brisbane Roar merupakan klub profesional keduanya setelah Struick sempat beberapa kali masuk ke tim utama ADO Den Haag di Eerste Divisie.
Gol tersebut pun membuat kariernya terasa makin sempurna, mengungguli kompatriotnya di Timnas Indonesia yang seumuran dengannya dan Abroad, yakni Pratama Arhan dan Marselino Ferdinan.
Ungguli Arhan dan Marselino
Baca Juga: Shin Tae-yong Ngamuk ke Pemain Timnas Indonesia karena Hal Teknis, Minta Denda Ratusan Ribu
Bukan tanpa alasan Rafael Struick mampu mengungguli Pratama Arhan dan Marselino di dalam karier ketiganya yang masih berusia di bawah 23 tahun.
Berkat golnya bagi Brisbane Roar, Struick tercatat mampu mencetak gol di klub profesionalnya di luar negeri, Timnas Indonesia U-20, U-23, dan senior.
Bandingkan dengan Marselino yang telah mencetak gol di Timnas Indonesia U-20, U-23, dan senior, tapi belum pernah mencetak gol di klub barunya, Oxford United.
Jangankan mencetak gol, Marselino masih kesulitan untuk masuk skuad utama The U’s dan harus bermain bersama tim U-21.
Meski begitu, Marselino juga pernah mencetak gol di klub profesional di luar negeri, yakni bersama klub kasta kedua Belgia, KMSK Deinze.
Sementara itu, Pratama Arhan mengalami nasib hampir serupa dengan Marselino, di mana ia kesulitan untuk bisa mendapat menit bermain di klub profesional di luar negeri.
Bahkan, catatan bek berusia 22 tahun itu lebih miris karena baru bermain selama 259 menit selama dua tahun Abroad di Jepang bersama Tokyo Verdy dan di Korea Selatan bersama Suwon FC.
Hanya saja, Arhan sebelumnya tampil reguler di Timnas Indonesia U-23 dan senior, serta berhasil mencetak gol di bawah arahan Shin Tae-yong.
Karena catatan-catatan itu, karier Struick bisa dikatakan lebih sempurna ketimbang dua kompatriotnya tersebut.
Terlebih, gol-gol yang diciptakan Struick mengindikasikan dirinya sebagai Big Game Player, karena bisa dicetak ke gawang tim kuat seperti Korea Selatan U-23, Timnas Bahrain, dan klub kuat seperti Sydney FC.
(Felix Indra Jaya)