"Yang selalu dia lakukan tiap pagi, dia selalu bangun saat semua orang masih tertidur dan pergi menemui ibunya. Di sana dia mandi, berganti pakaian dan pergi ke sekolah. Itu rutinitasnya. Aku tidak perlu membangunkannya," kata ayah Lyfe.
Sementara sang ibu menganggap putranya itu sudah sangat bertanggung jawab sebagai seorang pesepak bola. Meski diakui sang ibu, Lyfe cukup sulit membagi waktu sekolah dan berlatih sepak bola.
"Saya pikir dia bisa melakukan apapun jika dia memberikan kemapuan terbaik. Dia saat ini sedang fokus belajar, tapi dia punya satu tujuan, jadi pemain sepak bola profesional," kata ibu Lyfe.
Meski ayah dan ibu Lyfe bercerai, keduanya sangat memperhatikan perkembangan sang anak. Ibu Lyfe yang diketahui punya kakek dari Jakarta mengatakan sang anak juga bisa dimainkan di lapangan tengah.
"Sekarang dia beramin di lini tengah. Dia punya visi bermain sangat jelas. Selain itu, menurut ayahnya, dia sangat hebat di lapangan tengah. Dia pemain yang bisa mengubah keadaan saat dimasukkan ke lapangan," ungkapnya.