Suara.com - Terungkap sebuah fakta menarik dari sosok pemain keturunan calon timnas Indonesia, Miliano Jonathans, di mana ternyata leluhurnya orang dekat ‘Presiden Depok’.
Nama Miliano Jonathans banyak diperbincangkan oleh pendukung Timnas Indonesia seiring penampilan apiknya di kasta kedua Belanda (Eerste Divisie) bersama Vitesse Arnhem.
Pemain berusia 20 tahun itu tampil apik bagi klubnya usai mencetak 7 gol dan 3 assist dari 11 penampilan musim ini.
Karena penampilannya, banyak yang mendukung agar Miliano dinaturalisasi. Apalagi Miliano sempat mengaku bahwa dirinya telah dihubungi PSSI dan juga Shin Tae-yong.
Baca Juga: Harapan Jens Raven: Timnas Indonesia Bisa Lolos ke Piala Dunia U-20 2025
Bahkan setelah dihubungi PSSI dan Shin Tae-yong, pemain keturunan Depok ini mengaku terbuka membela Timnas Indonesia.
"Pintu saya terbuka. Karena saya baru pulih dari cedera serius, saya ingin menjadi sebugar mungkin terlebih dahulu,” kata Miliano kepada media Belanda, ESPN NL.
Meski belum ada tanda-tanda kapan dirinya akan dinaturalisasi, menarik untuk mengupas latar belakang Miliano.
Siapa sangka, leluhur Miliano Jonathans ternyata dulunya orang dekat ‘Presiden Depok’ saat masa penjajahan Belanda.
Sejarah Marga Jonathans
Baca Juga: 3 Pemain Australia U-17 yang Perlu Diwaspadai oleh Skuad Garuda
Sebelum membahas leluhur Miliano Jonathans, perlu diketahui jika Depok dulunya adalah Republik sendiri, jauh sebelum lahirnya Republik Indonesia pada tahun 1945.
Dahulu kala saat masih di bawah jajahan Belanda, Depok merupakan sebuah desa otonom yang diberi status setingkat Republik di Hindia Belanda atau biasa disebut Gemeente Depok.
Alasan mengapa Depok menjadi desa otonom tak lepas dari sejarahnya, di mana dulu wilayah ini merupakan tanah partikelir yang dimiliki oleh saudagar asal Belanda, Cornelis Chastelein.
Saat itu, Chalestein menjadikan Depok sebagai Kawasan pertanian dan mendatangkan 150 budak dari berbagai daerah.
Budak-budak yang didatangkan tersebut kemudian diberi fasilitas pendidikan dan juga mendapat ajaran Protestanisme.
Setelah ajaran itu berkembang dan memiliki banyak penganut, jemaat gereja itu kemudian diberi nama marga. Total ada 12 marga yang diberikan ke para jemaat gereja.
12 marga itu yakni Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob, dan Zadokh.
Membentuk Pemerintahan dan Menunjuk Presiden
Pasca meninggalnya Cornelis Chastelein, para budak yang sudah menjadi penduduk Depok ini menunjuk Jarong van Bali selaku budak tertua menjadi pemimpin.
Tapi, Jarong van Bali pun juga berpulang beberapa waktu kemudian dan membuat penduduk Depok saat itu membuat pemerintahan sendiri dan menunjuk Presiden-nya.
Dikutip dari wikipedia, adapun Presiden pertama Republik Depok adalah Gerrit Jonathans yang dulunya adalah pegawai penjual tiket di Stasiun Depok.
Usai Gerrit Jonathans (1913-1921), jabatan Presiden Republik Depok dipegang oleh Martinus Laurens (1921-193), Leonardus Leander (1930-1949), dan Johannes Matijs Jonathans (1949-1952).
Bisa dikatakan, leluhur atau kerabat Miliano Jonathans adalah Presiden pertama dan terakhir Republik Depok sebelum pemerintah Indonesia mengambil tanah partikelir itu.
Dikutip dari Transfermarket, Miliano sendiri sempat mengaku bahwa ia kerap mendengar sejarah keluarganya dan senang bisa mengetahui sejarah keluarganya.
“Keluarga saya mengunjungi keluarga kami di Depok bulan lalu, dan mereka menceritakan tentang sejarah nama keluarga kami (Jonathans),” kata Miliano dalam wawancaranya bersama Transfermarkt.
“Keluarga saya merasa ini sangat menarik. Sungguh luar biasa bisa belajar lebih banyak tentang sejarah keluarga kami,” lanjut Miliano.
(Felix Indra Jaya)