Suara.com - Putusan konfederasi sepak bola Asia, AFC untuk menyikapi serius permintaan Bahrain dan abaikan surat protes PSSI menjadi sorotan banyak pihak.
Seperti diketahui, federasi sepak bola Bahrain menuliskan surat ke AFC meminta agar laga tandang dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 tidak berlangsung di Indonesia.
Pihak Bahrain beralasan demi keselamatan pemain mereka pasca kemarahan netizen Indonesia. Pihak AFC kemudian menyikapi hal itu dengan serius.
Di sisi lain, AFC dengan cepat langsung menolak surat protes PSSI terkait kepemimpinan wasit Ahmed Al Kaf. Standar ganda AFC ini pun membuat geram publik.
Baca Juga: Miliano Jonathans Sudah Dikontak Shin Tae-yong
AFC merupakan konfederasi sepak bola Asia yang sudah berdiri sejak 1954. Kantor pusat AFC di Kualu Lumpur, Malaysia. Hingga saat ini tercatat AFC memiliki 47 anggota asosiasi sepak bola seluruh Asia, termasuk Australia.
AFC saat ini dipimpin sosok kontroversi dari Bahrain, Salman bin Ibrahim Al Khalifa. Muncul tudingan standar ganda AFC ini tak lepas dari background Salman yang tercatat ialah anggota keluarga kerajaan Bahrain.
Yang tidak kalah menarik, dari anggota Exco AFC, tiga orang tercatat memiliki rekam jejak cukup kontroversial.
Sosok pertama ialah Zaw Zaw yang berasal dari Myanmar dan menjadi salah satu wakil presiden AFC. Melansir dari laporan DVB News pada 2013, Zaw Zaw merupakan taipan dari Myanmar.
Pada tahun itu, Zaw Zaw mencoba untuk mengambil alih sebuah perusahaan dari Singapura. Namun usaha Zaw Zaw diblokir oleh otoritas Amerika Serikat.
Baca Juga: Rekam Medis Jairo Riedewald Buruk: Dari Cedera Lutut hingga Hamstring
Pihak AS saat itu mengatakan bahwa Zaw Zaw ialah antek dari junta militer Myanmar. DVB News menyebutkan bahwa dari informasi yang diungkap oleh Wikileaks menggambarkan Zaw Zaw sebagai, "Kroni rezim militer Than Shwe yang naik daun"
Disinyalir Zaw Zaw memiliki pendapatan tahunan sebesar 500 juta dollar AS, informasi dari Reuters menyebut bahwa penghasilan itu didapat dari Max Myanmar Group.
Sosok kedua yang tak kalah kontroversial ialah Mehdi Taj. Ia juga sama dengan Zaw Zaw menjabat sebagai wakil presiden AFC.
Melansir dari laporan Tehran Times, Taj ialah sosok kontroversial di sepak bola Iran. Ia sempat menjadi ketum PSSI-nya Iran, IRIFF.
Pada Agustus 2020 di periode akhir menjadi presiden, IRIFF, Taj berjanji akan membayar 8,3 juta dollar AS kepada Marc Wilmots, eks pelatih Iran.
Setelah 40 hari berada di Iran, Wilmots mengungkap fakta pahit bahwa federasi Iran nelanggar kontrak. Wilmots hanya bertahan 40 hari sebagai pelatih Iran.
"Pelatih asal Iran itu mengklaim adanya pelanggaran kontrak yang sangat serius oleh IRIFF dan FIFA telah menerima laporan tersebut," tulis media Iran.
Terakhir ada nama eks wasit asal Uzbeksitan, Ravshan Irmatov. Di kepemimpinan Salman, Irmatov menjadi Exco AFC.
Irmatov termasuk wasit kontroversial. Pada Piala Dunia 2014 di laga Kroasia vs Meksiko, Irmatov membuat keputusan kontroversial. Ia tak memberikan penalti kepada Meksiko saat bek Kroasia Darijo Srna melakukan handball.
Satu tahun sebelumnya di ajang Piala Konfederasi FIFA, Irmatov juga membuat keputusan kontroversial saat laga antara Brasil vs Italia. Bahkan ia mengakui telah melakukan keputusan salah di laga itu.
Pada 2018, ia juga membuat keputusan kontroversial saat laga Maroko vs Spanyol. Keputusan Irmatov datangkan kerugian bagi Maroko.