Suara.com - Mengupas kelebihan dan kekurangan Pascal Struijk, bek milik Leeds United yang namanya disebut Yussa Nugraha bisa didekati PSSI untuk membela Timnas Indonesia. Pemain jago dalam duel udara dan eksekusi bola mati. Eligible untuk dinaturalisasi Timnas Indonesia
YouTuber yang mengupas pemain diaspora atau keturunan, Yussa Nugraha, belum lama ini membahas soal Pascal Struijk dalam video terbarunya soal pemain yang sedang dinegosiasikan.
Menurut Yussa, bek berusia 25 tahun itu punya kualitas mumpuni setara Mees Hilgers dan bisa bermain sebagai gelandang bertahan.
Karena kemampuannya itu, Yussa beranggapan jika PSSI bisa membuka komunikasi dengan pihak Pascal Struijk, maka ada kemungkinan ia mau membela Timnas Indonesia.
Baca Juga: Respon Bintang AC Milan Usai Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Jadi WNI
“Nah aku pikir jika Pak Erick Thohir dan juga PSSI bisa komunikasi dengan baik bersama Pascal Struijk, menurutku dia bisa jadi pemain sangat penting untuk Timnas Indonesia,” kata Yussa.
Komunikasi dengan baik ini harus dilakukan PSSI, mengingat dirinya dikabarkan masih menunggu panggilan Belanda yang menjadi pilihan utamanya di level internasional.
Jika Pascal Struijk bisa dinaturalisasi, menarik untuk mengupas kelebihan dan kekurangannya yang bisa menguntungkan ataupun merugikan Timnas Indonesia.
Kira-kira, apa saja kelebihan dan kekurangan Pascal Struijk, terutama di lapangan hijau? Berikut ulasannya.
Kelebihan Pascal Struijk
Baca Juga: Paniknya Pelatih Bahrain Usai Mees Hilgers dan Eliano Reijnders WNI, Ngebut Lakukan Ini ke Pemain
Salah satu kelebihan yang dimiliki Pascal Struijk adalah versatilitasnya, di mana ia bisa bermain sebagai bek tengah maupun gelandang bertahan.
Dengan postur menjulang, yakni 190 cm, Pascal Struijk terbilang andal dalam duel-duel udara.
Terbukti, ia rata-rata memenangkan 2,32 duel udara per 90 menit seperti yang dikutip dari FBref.
Kelebihan itu membuatnya menjadi pemain yang berbahaya saat situasi bola mati, terutama saat menyerang ke area lawan.
Bahkan saat Pascal Struijk dimainkan sebagai gelandang bertahan, ia punya kelebihan dalam mengatur permainan dan mendistribusikan bola atau menjadi Deep-Lying Playmaker.
Dilansir dari sumber yang sama, Pascal Struijk rata-rata melepaskan 88,53 operan per laga dengan akurasi sebesar 90,3 persen per 90 menit.
Bahkan Pascal Struijk mampu melepaskan 6,45 operan progresif atau operan ke area lawan per 90 menit, yang membuatnya kerap melepaskan umpan terobosan untuk lini serang.
Keunggulan ini membuat Pascal Struijk bisa penyeimbang lini tengah Timnas Indonesia, di mana ia bisa memfasilitasi Thom Haye untuk bermain agak ke depan dan fokus mengkreasikan peluang.
Kekurangan Pascal Struijk
Meski punya catatan apik sebagai gelandang bertahan dan dalam duel udara, Pascal Struijk ternyata memiliki kelemahan-kelemahan tertentu saat bertahan.
Dilansir dari sumber yang sama, Pascal Struijk terbilang pasif dalam melakukan aksi bertahan jika dibandingkan dengan bek-bek lainnya.
Tercatat, Pascal Struijk rata-rata hanya membuat 1,37 tekel, lalu 1,28 intersep, membuat 1,04 blok, dan membuat 3,7 sapuan per 90 menit.
Sebagai perbandingan, Jay Idzes punya aksi bertahan lebih mumpuni dengan membuat 2,03 tekel, lalu 1,11 intersep, membuat 1,78 blok, dan 3,99 sapuan per 90 menit.
(Felix Indra Jaya)