Suara.com - Mengenang kisah Saddil Ramdani, winger Timnas Indonesia yang sempat berjualan jambu mete saat kecil dan kini jadi idola di Malaysia. Bahkan menjadi salah satu pemain abroad timnas Indonesia paling sukses yang berkarier di luar negeri.
Saddil Ramdani menjadi salah satu talenta Indonesia yang digadang-gadang akan jadi bintang dan tumpuan Timnas Indonesia saat muda.
Namanya melejit sejak usianya baru menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kala masih berstatus pelajar, Saddil sudah menjadi andalan klub Liga 1, Persela Lamongan.
Saddil bermain di Persela sejak 2016 di ajang Indonesia Soccer Champonship A 2016 dan berlanjut ke ajang Liga 1 2017 dan 2018.
Baca Juga: David da Silva Nyatakan Minat Bela Timnas Indonesia, STY Tertarik?
Berkat penampilannya bersama Laskar Jaka Tingkir, Saddil sudah dipanggil ke Timnas Indonesia senior saat usianya baru 18 tahun pada 2017 lalu oleh Luis Milla.
Tak hanya tim senior, pemain yang kini berusia 25 tahun itu bahkan juga jadi andalan di Timnas Indonesia U-19, U-22, dan U-23 yang berlaga di Asian Games 2018.
Tak mengherankan jika performanya di masa muda itu membuatnya menjadi buruan klub-klub top, termasuk klub-klub di negara tetangga, Malaysia.
Saddil sempat membela Pahang FC pada musim 2018/2019 dan bermain untuk Sabah FC sejak 2020 hingga saat ini.
Kariernya yang cemerlang di usia muda itu nyatanya tak berbanding lurus dengan pengalamannya saat masih kecil.
Baca Juga: Tegas! Menpora Pastikan Para Pemain Naturalisasi 100% Punya Darah Indonesia
Siapa sangka, Saddil Ramdani saat kecil harus menjalani kerasnya kehidupan sebelum akhirnya kini menjjadi idola di negeri orang.
Mencari Nafkah sejak Kecil
Saddil Ramdani lahir di pulau terpencil di daerah Sulawesi Tenggara, yakni Pulau Muna. Karena lahir di daerah terpencil, ia pun menjalani masa kecil yang jauh dari kata mengenakkan.
Hal ini diakui Saddil dalam bincang-bincangnya dengan kanal YouTube Stef It Up Podcast. Ia mengaku lahir di keluarga yang kurang mampu.
“Saya dan keluarga orang yang tidak mampu, Apalagi kan orang tua, bapak dan mama saya kan sudah pisah” kata Saddil saat membahas keluarganya.
Karena lahir di keluarga tak mampu, Saddil kecil pun sampai harus mencari nafkah untuk sekadar makan bagi keluarganya.
“Di sisi lain saya memikirkan orang tua saya, bagaimana caranya saya bisa mendapatkan sepoin, dua poin buat sehari kita makan,” lanjutnya.
Salah satu cara Saddil memenuhi kebutuhan keluarganya saat kecil adalah dengan berjualan. Ia mengaku saat kecil pernah berjualan jambu mete.
“
Kita sebagai anak-anak kecil, anak remaja itu, kadang kita menjual jambu mete. Itu mahal tau, dan itu bisa mendapatkan jajan buat sekolah, makan sehari-hari,” kenang Saddil.
“Ketika musim jambu itu, anak-anak itu seperti banyak uang, jadi kebiasaan anak-anak untuk menjual hal-hal seperti itu karena tak ada pekerjaan lain,” katanya.
Karena latar belakangnya yang kurang mampu, Saddil pun mengambil keputusan berani di usia muda untuk meninggalkan keluarganya demi mengejar mimpinya.
Eks Bhayangkara FC ini mengaku dirinya meninggalkan keluarga saat masuk kelas 1 SMA ke Pulau Jawa untuk belajar sepak bola.
“Saya mulai dilirik untuk belajar cara bersepak bola itu di tanah Jawa, di kota Malang. Jadi saya meninggalkan keluarga itu di kelas 1 SMA, pas naik kelas 1 SMA,” pengakuan Saddil.
Kini pengorbanan Saddil di masa muda untuk mengangkat derajat keluarganya pun berbuah manis usai dirinya menjadi salah satu pesepak bola ternama di Indonesia.
Bahkan tak hanya di Indonesia saja. Nama Saddil pun dielu-elukan oleh warga Malaysia, terutama pendukung Sabah FC, mengikuti jejak dua seniornya, Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy, yang sempat jadi idola di Selangor FC.
(Felix Indra Jaya)