Meskipun ada perbedaan yang sangat jelas di antara keduanya, tetapi merekalah yang membentuk inti dari adanya masyarakat kelas menengah di Hindia Belanda berciri kosmopolitan. Orang-orang Blijvrers bahkan mendirikan organisasi untuk mewadahi kelompok mereka.
Salah satu organisasi yang dibentuk ialah Insulinde di kota Bandung pada Oktober 1907. Tujuan organisasi tersebut salah satunya mendamaikan posisi antara orang keturunan Belanda yang lahir di Hindia dengan orang-orang Eropa asli.
Selain membentuk organisasi mereka juga membentuk persatuan sepakbola bernama Nederlansch Indische Voetball Bond (NIVB) yang terdiri dari klub sepak bola antar penduduk Blijvrers dan Trekkers. Pada masa kolonial Belanda, masing-masing juga membentuk federasi sepakbola masing-masing etnis dan menggelar kompetisi sepakbola di Hindia Belanda.
Perlu diketahui bahwa kelompok etnis di masa Kolonial dicirikan dari kesamaan asal usul rasial, status legal, dan kultural. Perang Dunia Kedua dan sesudahnya menjadi titik awal diaspora dan kemunculan kaum Indisch di tanah air. Oleh karena itu, ketika orang Belanda kembali ke tanah air mereka bersama pasangan dari orang lokal, keturunan orang Indonesia pun banyak dijumpai di Belanda.
Setidaknya sudah ada 11 pemain sepakbola naturalisasi di Timnas Indonesia pada era pelatih Shin Tae Yong. Ke sebelas pemain naturalisasi itu antara lain Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Rafael Struick, Ivar Jenner, Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Radgar Oratmangoen, Thom Haye, dan Maarten Paes.
Kontributor : Mutaya Saroh