Suara.com - Di tengah perjuangan Timnas Indonesia melakoni Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga, PSSI membuat kejutan dengan mendatangkan tambahan pemain keturunan Ambon, Maluku. Dia adalah Eliano Reijnders yang tak lain adik gelandang AC Milan Tijjani Reijnders.
Eliano Reijnders yang saat ini memperkuat klub Eredivisie, PEC Zwolle diketahui memiliki keturunan Indonesia tepatnya dari Ambon, Provinsi Maluku dari sang ibu yakni Angelina Lekatompessy.
Bila dirunut, Angelina Lekatompessy merupakan keturunan dari warga asli Ambon, Maluku yakni dari ayahnya bernama Etus Leatompessy dan ibu bernama Mimi Lekatompessy.
Bila ditilik riwayatnya, marga Lekatompessy merupakan warga yang bermuasal dari Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau Ambon, Provinsi Maluku.
Baca Juga: Mees Hilgers: Saya Tiap Hari Bangun Subuh, Libur Latihan Ekstra
Mengutip dari unggahan akun Facebook Mikke Leckha, marga Lekatompessy merupakan salah satu marga asli dari Kota Ambon bersama dengan marga Huwae.
Legenda Buaya Tembaga
Ada kisah unik di balik marga Lekatompessy yang kemudian berkembang jadi legenda hingga kini, yakni munculnya buaya tembaga yang kemudian banyak menghias di rumah warga keturunan Lekatompessy.
Mengutip buku bertajuk Antologi Cerita Rakyat Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease terbitan Kantor Bahasa Maluku, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, 2019, dikisahkan dahulu ada seorang bangsawan asal Negeri Alang di Pulau Ambon bernama Petrus Huwae yang jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Constantia Lekatompessy.
Keduanya kemudian jatuh cinta dan Petrus berniat untuk menikahi sang pujaan hati.
Baca Juga: Baru Juga Gembira dengan Kenaikan Rangking FIFA, Malaysia Kini Harus Kembali Telan Kekecewaan
Namun, singkat cerita ada keluarga Constantia Lekatompessy bernama Moyang Sakti Tawan yang tak setuju dengan rencana pernikahan itu.
Ia kemudian menghasut keluarga Lekatompessy untuk membuat patung tiruan Constantia yang berbahan sagu dan kayu.
Tak sadar tengah ditipu, Petrus pun memboyong patung replika Constantia itu ke Negeri Alang.
Dalam perjalanan, atas perintah Moyang Sakti Tawan, patung itu ditenggelamkan. Mengetahui itu, Petrus yang mengira patung itu adalah calon istrinya berupaya menyelamatkan dengan mencebur ke laut.
Tapi ia tak mampu menolongnya dan justru berubah menjadi buaya.
Bersamaan dengan itu, Constantia yang bersembunyi di atas solder di Malulang juga turut berubah menjadi buaya tembaga.
Sosok buaya tembaga itulah yang hingga kini ada di dalam mata rumah marga Lekatompessy.
Migrasi Tentara KNIL
Terlepas dari cerita rakyat itu, bagaimana keturunan marga Lekatompessy bisa beranak pinak di Belanda, menurut sejarahnya mereka ikut dalam rombongan 6000 tentara KNIL asal Maluku yang migrasi ke Belanda.
Mereka menyeberang ke Belanda menggunakan kapal laut setelah gerakan anti kolonial merebak di seluruh penjuru Indonesia pada kurun 1951-1953.
Dari peristiwa itulah kemudian lahirlah keturunan marga Lekatompessy termasuk diantaranya Tijjani Reijnders dan Eliano Reijnders.