Suara.com - Nama Silfester Matutina tengah menjadi perbincangan di media sosial setelah terpancing emosi karena dianggap kalah debat dari akademisi Rocky Gerung. Sosok yang diketahui sebagai relawan Jokowi itu mungkin bisa belajar dari kasus legenda Manchester United, Roy Keane.
Silfester Matutina terlibat debat dengan Rocky Gerung dalam program Rakyat Bersuara di stasiun televisi iNews pada Selasa (3/9/2024).
Pria kelahiran Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu menjadi salah satu dari sederet narasumber yang hadir dalam debat bertajuk “Banyak Drama Jelang Pilkada, Kenapa?”
Silfester diketahui marah kepada Rocky Gerung setelah keduanya berdebat. Bahkan, pria kelahiran 19 Juni 1971 itu mengeluarkan kata-kata kasar kepada Rocky.
Alhasil, namanya pun kini jadi sorotan. Banyak yang menyoroti sikap Silfester karena menumpahkan kata-kata kasar dan caci maki kepada orang lain dalam forum yang seharusnya berisi pertukaran pikiran dan adu argumen logis.
Dalam ranah sepak bola, emosi meledak-ledak yang ditunjukkan Silfester mengingatkan pada sosok legendaris mantan kapten Manchester United, Roy Keane.
Keane, gelandang asal Irlandia, terkenal dengan sikap tempramental. Dia tak segan mengasari, berdebat hingga melontarkan kata-kata makian kepada lawannya.
Meski terbilang sukses sebagai pesepak bola karena rentetan gelar yang didapat bersama Manchester United, Roy Keane harus mengakhiri kebersamaan dengan klub raksasa Inggris itu lewat cara yang tidak baik.
Keane, diketahui berdebat dengan asisten pelatih Manchester United saat itu yakni Carlos Queiroz. Dia tidak setuju juru taktik asal Portugal itu mempertanyakan loyalitasnya kepada Manchester United.
Baca Juga: Manchester United yang Kalah, Fans Liverpool yang Sedih, Semua Gara-gara Mohamed Salah!
Roy Keane menyebut Carlos Queiroz tidak pantas membahas perihal loyalitas lantaran pernah memilih meninggalkan Manchester United setelah 12 bulan bekerja demi menerima pinangan Real Madrid.
“Saya katakan, ‘Jangan bicara tentang loyalitas kepada saya, Carlos. Kau tinggalkan klub ini setelah 12 bulan untuk Real Madrid beberapa tahun lalu. Berani-beraninya kau pertanyakan loyalitas saya," kata Roy Keane dalam bukunya, The Second Half.
"Saya pernah mempunyai kesempatan pindah ke Juventus dan Bayern Munich.”
Pelatih Manchester United saat itu, Sir Alex Ferguson coba melerai keduanya, tetapi Keane justru semakin emosi dan turut "menyerang" sang pelatih.
Tak lama setelah insiden itu, Sir Alex Ferguson mempersilahkan Roy Keane untuk hengkang dari Manchester United, klub yang membesarkan namanya.
Keane, yang merupakan kapten tim, dengan ego tingginya, memutuskan untuk benar-benar pergi dari Manchester United.
Dia bergabung dengan klub asal negaranya, Celtic pada 2006 dan memutuskan pensiun hanya enam bulan selepas membela klub tersebut.