Suara.com - Timnas Indonesia akan melakoni laga berat di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Anak asuh Shin Tae-yong akan melawan raksasa Asia, Arab Saudi di King Abdullah Sports City pada Jumat (6/9/2024) dinihari WIB.
Di atas kertas, Arab Saudi memang jauh lebih diunggulkan. Namun, jika menilik dari catatan Roberto Mancini sebagai pelatih, masih ada kans untuk Marselino Ferdinan dkk bisa meraih hasil maksimal.
Sejak melatih Arab Saudi sejak 27 Agustus 2023, Roberto Mancini tercatat telah memainkan 14 pertandingan. Catatan boleh dibilang cukup baik, meraih 6 kali kemenangan, 3 kali imbang dan 5 kekalahan.
Dari lima kekalahan ini sebenarnya, pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bisa melihat kelemahan taktik Roberto Mancini.
Mancini di debut bersama Arab Saudi justru meraih kekalahan yakni saat melawan Kosta Rika pada 8 September 2023. Kekalahan kembali dialami Mancini saat Arab Saudi melawan Korsel tiga hari kemudian.
Di dua pertandingan itu, Mancini yang terapkan formasi 4-3-3 di Arab Saudi tak berdaya menghadapi dengan taktik 4-2-3-1 yang diusung oleh Kosta Rika dan Korsel.
Formasi 4-2-3-1 beberapa tahun ke belakang sempat populer dan dianggap jadi taktik andalan sejumlah pelatih andal, meski kekinian 4-2-3-1 sudah mulai membosankan.
Bagi Pep Guardiola seperti dilansir dari The Guardian, formasi 4-2-3-1 menjadi formasi yang paling distributif untuk para pemain di lapangan.
Formasi ini hampir satu dekade menjadi pola terbaik di sepak bola untuk mengalirkan bola dan menekan lawan. Formasi ini akan lebih baik jika pemain mampu menguasai lini tengah dengan double pivot, bek di kedua sisi yang siap memainkan permainan melebar, dan seorang striker komplet, poacher sekaligus target man.
Kembali ke Mancini, ia kembali merasakan kekalahan saat Arab Saudi bertemu dengan Mali pada 17 Oktober 2023. Mali pun mengusung formasi 4-2-3-1 dan Mancini dibuat tak berkutik.
Sementara dua kekalahan lainnya bersama Arab Saudi, Mancini tak berdaya saat melawan Yordiania (3-4-3) dan Korsel (3-4-2-1). Secara garis besar, dua formasi ini pun tak jauh bereda dengan pola 4-2-3-1, fokus pada penguasaan bola di lini tengah.
Selain tak mampu atasi dengan tim 4-2-3-1, salah satu kelemahan dari Roberto Mancini ialah ia bukan tipikal yang punya formasi baku.
Mancini termasuk pelatih dengan taktik yang fleksibilitas dengan formasi berbeda-beda. Ia bisa memainkan formasi 4-3-1-2, 3-5-2, 4-3-3, atau memakai taktik 4-2-3-1.
Namun yang menjadi PR besar bagi Shin Tae-yong ialah bahwa Mancini termasuk tipikal pelatih yang punya gaya pertahanan solid. Mancini merupakan pelatih konservatif, baginya yang terpenting ialah kemenangan dan tak peduli dengan permainan indah.