![Kiper legendaris Timnas Indonesia, Kurnia Sandy saat mengikuti sesi foto tim Sampdoria 1996-1997. [Dok. Instagram/@ksandy01]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/22/69601-kiper-legendaris-timnas-indonesia-kurnia-sandy-saat-mengikuti-sesi-foto-tim-sampdoria.jpg)
Berkat kerjasama ini, para pemain muda Timnas Indonesia bisa merasakan kompetisi di Italia, yakni bermain di kompetisi Primavera pada musim 1993/1994.
Dikutip dari corriere.it, tujuan program ini sendiri tak lepas dari keinginan PSSI untuk meningkatkan kualitas para pemain Indonesia serta menambah pengalaman bertanding para pemainnya.
Saat itu, total 23 pemain Indonesia yang tergabung di PSSI Primavera berkesempatan berlatih di Italia dan menimba ilmu di negeri Pizza tersebut.

Dari 23 pemain itu, nama-nama seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy bahkan berhasil menarik atensi pelatih kenamaan, Sven Goran Erikson, dan membyat keduanya dibawa ke tim utama Sampdoria.
Kurniawan bahkan tampil di tim utama saat laga pramusim di Asia Tenggara dan mendapat rekomendasi hingga bergabung dan bermain di klub Swiss, FC Luzern.
Sedangkan Kurnia Sandy berhasil menjadi kiper cadangan Sampdoria dan hampir melakoni debut di Serie A andai tak terganjal urusan administrasi.
Melahirkan Pelatih Hebat
Program PSSI Primavera berhasil melahirkan banyak pemain hebat yang menjadi tulang punggung Timnas Indonesia di tahun 90 an dan awal 2000 an.
Tak hanya melahirkan pemain hebat, para pemain jebolan PSSI Primavera itu kini menjadi pelatih-pelatih top di sepak bola Tanah Air.
Sebagai contoh adalah Kurniawan Dwi Yulianto. Usai gantung sepatu, ia sempat menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia, menjadi pelatih Sabah FC di Malaysia, dan kini menjadi asisten di klub Serie A, Como FC.