Suara.com - Boaz Solossa atua Boaz Theofilus Erwin Solossa, nama yang begitu akrab di telinga pecinta sepak bola Indonesia. Striker legendaris ini telah mengukir sejarah gemilang Timnas Indonesia, bahkan saat namanya tak lagi menghiasi susunan pemain klub manapun.
Lahir di tanah Papua yang kaya akan bakat sepak bola, Boaz tumbuh menjadi penyerang dengan insting mencetak gol yang tajam.
Teknik individu yang mumpuni, fisik yang kuat, dan mental baja menjadi kombinasi mematikan yang sulit dihentikan oleh lawan-lawannya.
Persipura Jayapura menjadi saksi bisu kehebatan Boaz. Bersama Mutiara Hitam, ia telah meraih berbagai gelar juara dan penghargaan individu.
Empat gelar juara Liga Indonesia dan tiga gelar top skor menjadi bukti nyata dominasinya di kancah domestik.
Namun, kiprah Boaz tak hanya bersinar di level klub.
Panggilan untuk membela Timnas Indonesia datang silih berganti.
Debutnya di Piala AFF 2004, meski masih sangat muda, langsung memukau publik sepak bola Tanah Air. Duetnya bersama Ilham Jaya Kesuma menjadi mimpi buruk bagi setiap lini belakang lawan.
Sayangnya, cedera kerap menghantui karier gemilang Boaz.
Baca Juga: Kejanggalan Maarten Paes Dilarang Main Lawan Arab Saudi, Aturannya Tak Masuk Akal
Patah kaki akibat tekel keras di tahun 2007 menjadi pukulan telak baginya.
Namun, semangat juang yang tinggi membuat Boaz bangkit dan kembali menunjukkan kualitas terbaiknya.
Perjalanan karier Boaz di Timnas Indonesia penuh lika-liku.
Ia pernah merasakan pahitnya kekalahan di final Piala AFF 2016, namun juga merasakan manisnya menjadi kapten tim dan menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Hingga kini, nama Boaz Solossa tetap harum di dunia sepak bola Indonesia. Ia adalah sosok yang menginspirasi, pekerja keras, dan pantang menyerah.
Kisah hidupnya menjadi bukti bahwa dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi, mimpi untuk menjadi pemain sepak bola profesional bisa terwujud.