Suara.com - Tristan Gooijer menjadi pemain keturunan Indonesia berikutnya yang dikabarkan bakal dinaturalisasi PSSI untuk membela Timnas Indonesia di round 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Rupanya, Tristan Gooijer juga sudah berbicara dengan PSSI terkait kemungkinan proses naturalisasi menjadi WNI pada beberapa waktu lalu. Pembicaraan cukup positif.
Gooijer sendiri baru saja bergabung dengan klub Eredivisie, PEC Zwolle, usai dipinjamkan oleh Ajax Amsterdam sampai akhir musim 2024/25.
Meski usianya masih 19 tahun, Gooijer sudah punya cukup banyak pengalaman di level senior. Ia bermain sembilan laga Eredivisie musim lalu bersama tim utama Ajax.
Baca Juga: Tiga Kata Marselino Ferdinan Pasca Gabung ke Oxford United
Ia melakoni laga perdana bersama PEC Zwolle musim ini melawan FC Utrecht, Minggu (11/8/2024) lalu. Gooijer langsung dipercaya tampil sebagai starter di pos bek tengah.
Sebenarnya ini menjadi kali pertama Gooijer dimainkan sebagai bek tengah. Pada sembilan laga sebelumnya bersama Ajax di Eredivisie, ia lebih banyak dimainkan sebagai bek kanan.
Sial buat Tristan Gooijer, ia cuma bermain 26 menit karena harus ditarik keluar usai mengalami cedera serius di bagian lututnya.
Kendati begitu, ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa jadi pertimbangan Shin Tae-yong untuk tetap memanggilnya jika resmi dinaturalisasi.
Kelebihan
Baca Juga: Marselino Ferdinan Resmi ke Oxford United, Netizen: Buktikan Kamu Bukan Titipan
Sebagai pemain belakang, Gooijer punya kemampuan passing yang baik. Di laga melawan FC Utrecht catatan passing bahkan sempurna 100% usai melepas 12 operan sukses dari 12 kali percobaan.
Kemampuan ini tentu sangat dibutuhkan dalam sistem permainan yang dibangun STY di Timnas Indonesia yaitu bermain operan pendek dari belakang.
Kemampuan bertahan Gooijer juga cukup mumpuni meski posisi aslinya bukan bek tengah. Ia mencatatkan dua kali menang duel udara dari dua kali duel.
Skill bertahan Gooijer sudah terlihat sejak di Ajax musim lalu. Disitat WhoScored, ia mencatatkan rata-rata 3,1 tekel, 1,3 sapuan, dan 0,4 intersep sukses di Eredivisie.
Kekurangan
Selain kelebihan, tentu ada kekurangan yang harus diperbaiki oleh Gooijer. Salah satunya soal pemosisian dan pergerakan tanpa bola.
Gol FC Utrecht yang dicetak Ole Romeny ke gawang PEC Zwolle juga tidak terlepas dari kesalahan Gooijer yang kurang tepat dalam melakukan positioning.
Awalnya ia coba membangun serangan dengan melakukan operan di daerah pertahanan sendiri. Namun setelah mengoper, ia justru bergerak di arah depan yang menyebabkan penumpukan pemain dan muncul gap cukup jauh antar pemain di lini belakang.
Karena opsi mengoper jadi lebih sedikit, Davy van den Berg melakukan back pass lalu direbut oleh pemain FC Utrecht, Jens Toornstra, sehingga bisa memberi umpan kepada Romeny yang mengkonversinya jadi gol.
Kontributor: Aditia Rizki