Legenda: Soeratin Sosrosoegondo, Orang Hebat di PSSI Jauh Sebelum ada Erick Thohir

Kamis, 15 Agustus 2024 | 12:32 WIB
Legenda: Soeratin Sosrosoegondo, Orang Hebat di PSSI Jauh Sebelum ada Erick Thohir
Ketua Umum PSSI Pertama Soeratin Sosrosoegondo (PSSI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain Erick Thohir, PSSI pernah dipimpin oleh seseorang yang hebat. Orang ini memberikan tonggak sejarah berdiri PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia, dia adalah Soeratin Sosrosoegondo.

Soeratin Sosrosoegondo, seorang insinyur lulusan Jerman, adalah sosok di balik berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Selama satu dekade pertama, ia menjabat sebagai ketua umum organisasi sepak bola tertua di Indonesia ini.

Sepulang dari Jerman pada 1928, Soeratin bekerja di sebuah perusahaan konstruksi Belanda di Yogyakarta.

Baca Juga: Hari Ini Sidang Sengketa Status Maarten Paes untuk Timnas Indonesia di CAS Dimulai?

Pengurus PSSI pertama era Soeratin Sosrosoegondo (pii.or.id)
Pengurus PSSI pertama era Soeratin Sosrosoegondo (pii.or.id)

Namun, semangat nasionalismenya yang berkobar membuatnya keluar dari perusahaan tersebut dan lebih aktif dalam pergerakan kemerdekaan.

Sebagai pencinta sepak bola, Soeratin melihat potensi olahraga ini sebagai alat untuk membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia.

Ia pun menginisiasi pertemuan-pertemuan rahasia dengan tokoh-tokoh sepak bola dari berbagai kota untuk membicarakan pembentukan organisasi sepak bola nasional.

Pertemuan-pertemuan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari pengawasan Belanda.

Akhirnya, pada 19 April 1930, para perwakilan dari berbagai perkumpulan sepak bola di Indonesia sepakat untuk mendirikan PSSI.

Baca Juga: Jay Idzes Harus Absen di Laga Perdana Serie A Italia

Dengan didirikannya PSSI, Soeratin berhasil mewujudkan cita-citanya untuk menyatukan para pecinta sepak bola di Indonesia dan menjadikan sepak bola sebagai sarana untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Dikutip dari laman PSSI, Soeratin menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928.

Soeratin, seorang insinyur muda berbakat, menuntaskan studinya di Sekolah Teknik Tinggi Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927.

Kembali ke tanah air setahun kemudian, ia langsung terjun ke dunia konstruksi, bergabung dengan perusahaan Belanda, Sizten en Lausada, yang berpusat di Yogyakarta.

Sebagai satu-satunya orang Indonesia yang menduduki posisi strategis di perusahaan itu, Soeratin memiliki akses ke lingkaran kekuasaan kolonial.

Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan.

Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, dia menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda).

Melalui pertemuan-pertemuan rahasia dengan tokoh-tokoh sepak bola dan pergerakan nasional di berbagai kota seperti Solo, Yogyakarta, dan Bandung, Soeratin merumuskan gagasan besarnya.

Ia menjalin komunikasi secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari pengawasan ketat pihak kolonial.

Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Sayangnya, nasib kurang berpihak padanya. Setelah mengalami sakit berkepanjangan dan hidup dalam kemiskinan, Soeratin menghembuskan napas terakhir pada tahun 1959.

Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 pada usia 60 tahun di dalam kemiskinan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI