Suara.com - Musim 1999/2000 menjadi momen bersejarah bagi PSM Makassar. Di bawah arahan pelatih Syamsuddin Umar dan direktur teknik Henk Wullems, Juku Eja berhasil mengukir prestasi gemilang dengan meraih gelar juara Liga Bank Mandiri, liga sepak bola kasta tertinggi di Indonesia kala itu.
Kejayaan PSM Makassar di musim tersebut tak lepas dari komposisi tim yang mumpuni. Manajemen mendatangkan pemain bintang seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Miro Baldo Bento.
Tak ketinggalan pula talenta lokal Sulawesi Selatan seperti Alibaba, Syamsuddin Batolla, Ronny Ririn, Yuniarto Budi, Yusrifar Djafar, dan Ansar Abdullah.
Baca Juga: Skuat Borneo FC Ogah Naik Baracuda, Diego Michiels Soroti Sikap Bobotoh
Perpaduan pemain bintang dan talenta lokal ini menghasilkan permainan yang atraktif dan penuh determinasi.
Di bawah komando Bima Sakti yang dinobatkan sebagai pemain terbaik liga, PSM Makassar menjelma menjadi tim yang sulit dikalahkan.
Kehadiran pemain asing seperti Carlos de Mello pun semakin mempertajam kekuatan PSM Makassar.
Gelandang asal Brasil ini tampil ciamik dengan visi bermainnya yang luas dan tendangan bebas yang mematikan.
Keseriusan manajemen PSM Makassar tak berhenti di situ. Mereka mendatangkan Henk Wullems, pelatih asal Belanda yang berpengalaman di sepak bola Indonesia, untuk mendampingi Syamsuddin Umar.
Baca Juga: Bali United Lawan Madura United Pasca Keok Kontra Arema, Teco Ungkit Faktor X
Duet maut ini sukses meracik strategi jitu yang mengantarkan PSM Makassar ke puncak kejayaan.
Kisah kejayaan PSM Makassar di musim 1999/2000 menjadi bukti nyata bagaimana keseriusan manajemen, strategi yang tepat, dan kerja sama tim yang solid mampu mengantarkan sebuah klub meraih prestasi gemilang.
Dominasi PSM di Wilayah Timur
PSM Makassar memulai perjalanannya dengan gemilang di babak reguler. Mereka berhasil menjadi juara Wilayah Timur dengan mengumpulkan 56 poin dari 26 pertandingan.
Ketajaman lini depan Juku Eja dibuktikan dengan torehan 41 gol, diiringi dengan hanya dua kali kekalahan.
Keberhasilan di Wilayah Timur mengantarkan PSM ke babak delapan besar yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Di babak ini, PSM kembali menunjukkan dominasinya dengan menjadi juara Grup A, unggul atas Pupuk Kaltim, Persijatim, dan PSMS Medan.
Langkah PSM di semifinal terhalang oleh Persija Jakarta.
Namun, gol tunggal Miro Baldo Bento membawa Juku Eja melaju ke final, di mana mereka bertemu kembali dengan Pupuk Kaltim.
Pertandingan final menjadi panggung bagi Kurniawan Dwi Yulianto untuk menunjukkan kehebatannya.
Legenda Timnas Indonesia ini mencetak dua dari tiga gol kemenangan PSM Makassar, mengantarkan Juku Eja meraih gelar juara dengan skor akhir 3-2.
Kemenangan di final memastikan gelar ketujuh bagi PSM Makassar di liga sepak bola kasta tertinggi Indonesia saat itu.
Musim 1999/2000 menjadi bukti dominasi Juku Eja dan menorehkan sejarah emas bagi klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.