Suara.com - Tiap Inggris ikut turnamen mulai dari Piala Dunia hingga Euro, bergema 'Football's Coming Home'. Supoter Inggris seolah haqqul yaqin tim nasional mereka akan meraih gelar juara.
Di Euro 2024, Football's Coming Home pun bergema pasca Inggris tumbangkan Belanda di semifinal dan lolos ke final Euro 2024.
Supoter Inggris di platform media sosial menuliskan kata-kata itu untuk memotivasi bahwa tim nasional mereka akan meraih gelar juara Euro 2024.
Tak hanya fans, sejumlah figur publik yang mendukung Inggris juga menuliskan 'Football's Coming Home' di akun sosial media milik mereka, seperti Katy Perry.
Baca Juga: Gimana Sepak Bola Inggris Mau Maju! Supoter The Three Lions Rusuh, Eks Man City: Menjijikkan
Penyanyi asal California, Amerika Serikat ini di akun X miliknya menuliskan 'Football's Coming Home' beberapa jam sebelum laga final Euro 2024 yang berlangsung di Olympiastadion, Berlin, Senin dini hari WIB.
Kata Football's Coming Home juga bergema empat tahun lalu saat Inggris lolos ke final Euro 2024 dan melawan Inggris di stadion kebanggaan mereka, Stadion Wembley.
Hasilnya tentu kita sama-sama tahu, di Euro 2020, Inggris keok lewat adu penalti melawan Italia. Sementara di tahun ini, Harry Kane dkk dipecundangi Spanyol dengan skor 2-1.
Spanyol juara Euro 2024, berkat dua gol yang dicetak oleh Nico Williams dan Mikel Oyarzabal, sedangkan Inggris sempat menyamakan kedudukan melalui Cole Palmer.
Menilik dari sejarahnya, slogan Football's Coming Home mulai bergema saat perhelatan Euro 1996 yang berlangsung di Inggris.
Baca Juga: Angka-angka Keramat Spanyol Juara Euro 2024: Rekor Lamine Yamal dan Nico Williams
Orang Inggris percaya bahwa sepak bola bersumber dari permainan nenek moyang mereka. Orang Inggris pun mengklaim bahwa sepak bola berasal dari tanah kelahiran mereka.
Sejatinya, kata Football's Coming Home merupakan lirik di lagu Three Lions yang diciptakan komedian Inggris David Baddiel dan Frank Skinner bekerja sama dengan band rock asal Liverpool, The Lightning Seeds.
Di lirik lagu itu, "It's coming home" dan "Football's coming home" terus dikumandangkan supoter Inggris sebagai penanda bahwa Inggris merupakan penemu olahraga sepak bola.
Selain itu kata itu juga mencerminkan semangat orang Inggris untuk bisa kembali mengulang catatan terbaik tim nasional mereka saat meraih gelar Piala Dunia 1966.
Kapan Football's Coming Home?
Pasca Euro 1996 yang hanya menempatkan Inggris lolos ke semifinal, slogan Football's Coming Home terus dikumandangkan suporter mereka.
Tiap kompetisi internasional yang diikuti Inggris, slogan ini terus melekat. Seperti di Piala Dunia 1998. Kala itu, supoter Inggris sangat yakin dengan komposisi pemain Inggris di Prancis 1998.
Boleh dibilang kala itu, Glenn Hoddle membawa generasi emas Inggris. Skuat Inggris diisi oleh pemain sekaliber, David Seaman, Sol Campbell, Tony Adams, Gareth Southgate, hingga dua rissing star, Michael Owen dan David Beckham.
Tapi apa daya, nama terakhir justru dianggap biang kegagalan Inggris di Piala Dunia 1998. Insiden Beckham dengan Diego Simeone di babak 16 besar Prancis 1998 jadi cerita pahit tersendiri.
Berlanjut di Euro 2020, Football's Coming Home kembali bergema. Inggris kala itu dilatih oleh Kevin Keegan, komposisi skuatnya tak jauh berbeda dengan Prancis 1998.
Namun di lini tengah muncul nama baru yang kemudian menjelma jadi bintang yakni Steven Gerrard. Namun langkah Inggris di Belanda-Belgia 2000 hanya sampai babak fase grup-- ini capaian buruk Inggris seperti Euro 1980.
Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korsel, publik Inggris kembali yakin Football's Comming Home. Saat itu Inggris dilatih oleh Sven-Goran Eriksson.
Lini tengah Inggris kala itu digadang-gadang jadi yang terbaik di dunia. Mereka punya Paul Scholes, David Beckham, Nicky Butt, Joe Cole serta Owen Hargreaves.
Langkah Inggris terhenti di babak perempat final lewat gol indah Ronaldinho yang membuat mati kutu David Seaman. Di Euro 2004 Portugal pun Inggris terhenti di perempat final, pun dengan di Piala Dunia 2006.
Sementara di Piala Dunia 2010, mereka terhenti di babak 16 besar, Piala Dunia 2014 di fase grup, sedangkan di Piala Dunia 2018, mereka kalah di perebutan juara ketiga.
Sedangakn di Euro, pasca terhenti di babak 16 besar Euro 2016 Prancis, Inggris berturut-turut masuk final dan hasilnya sama jadi pecundang.
Entah apa yang salah dari Inggris, tiap main di laga final, skuat Inggris seperti demam panggung. Permainan apik yang mereka di babak berikutnya seolah buyar.
Ekspektasi yang tinggi serta sorotan media ditengarai jadi salah satu penyebab pemain Inggris tak bisa main lepas di laga menentukan.
Hal itu diakui oleh pelatih Gareth Southgate. Menurutnya, anak asuhnya tak mampu menguasai bola dan seperti kebingungan.
"Hari ini kami tidak menjaga penguasaan bola dengan baik, terutama saat kami bertahan. Mereka memberikan tekanan kepada kami dan kami harusnya bisa keluar dari itu," kata Southgate seperti dilansir dari Mail Online.
"Kami tidak mampu keluar dari tekanan dan itu membuat kami lelah. Apapun itu, Spanyol menjadi tim terbaik di turnamen in dan pantas mendapatkan gelar," sambungnya.