Sejak usia 3 tahun, ia dibesarkan di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, bersama sang ibu dan adiknya.
Terlahir di Papua, Fandy lebih fasih berbahasa Jawa dan sama sekali tidak dapat berbahasa Papua. Hal ini karena ia dibesarkan di lingkungan masyarakat Jawa sejak kecil.
Di balik bakat sepak bolanya yang gemilang, Fandy Alberto memiliki kisah hidup yang inspiratif. Ia tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang kurang mampu.
Ibunya, Piana, bekerja serabutan sebagai pembantu rumah tangga dan pencuci pakaian untuk menghidupi keluarga.
Namun, keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan semangat Fandy untuk meraih mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional.
Ia tekun berlatih dan menunjukkan bakat luar biasa sejak kecil.
Kegigihan dan bakat Fandy membawanya ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia terpilih untuk membela Timnas Indonesia U-16 dan menunjukkan performa gemilang di turnamen ASEAN U-16 Boy Championship 2024.
Kisah Fandy Alberto Hengga adalah bukti bahwa kerja keras dan tekad pantang menyerah dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai mimpinya.
Baca Juga: Park Hang-seo Merapat ke Kamboja, Sejauh Mana Ancamannya terhadap Timnas Indonesia?
Ia menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di Indonesia untuk mengejar mimpi mereka di dunia sepak bola.