Suara.com - Como 1907 resmi promosi ke Serie A Italia. Keberhasilan Como 1907 naik kasta ke kompetisi tertinggi di Italia itu pun jadi sorotan banyak pihak, utamanya orang Indonesia.
Maklum saja, Como 1907 saat ini memiliki keterkaitan dengan orang Indonesia. Seperti diketahui klub berjuluk I Lariani ini pada 4 April 2019 resmi diakusisi oleh perusahaan Inggris bersama SENT Entertaiment Ltd yang dimiliki Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono dari Grup Djarum.
Keberhasilan Como 1907 untuk promosi ke Serie A Italia tentu saja tak lepas dari tangan dingin pelatih asal Wales Osian Roberts serta jajaran pelatih, seperti Cesc Fabregas.
Baca juga:
Baca Juga: Daftar Orang Kaya RI yang Memiliki Klub Sepak Bola di Luar Negeri Selain Hartono Bersaudara
Hasil ramuan keduanya dengan komposisi pemain biasa saja terbukti mampu membawa Como untuk meraih prestasi di musim ini. Untuk diketahui, skuat Como 1907 musim ini terbilang tidak cukup mewah.
Dikutip dari data Transfermarkt, pemain Como 1907 dengan nilai pasar tertinggi tercatat atas nama Gabriel Strefezza. Winger Italia berdarah Brasil itu dibandrol dengan harga Rp104,29 miliar.
Di bawahnya ada eks striker AC Milan, Patrick Cutrone. Striker berusia 26 tahun itu dibandrol dengan nilai Rp52,14 miliar. Lalu ada gelandang kiri asal Prancis, Lucas Da Cunha dengan bandrol Rp48,67 miliar.
Dari keseluruhan skuat Como 1907 musim ini, tercatat ada dua pemain dengan bandrol harga pasar termurah. Nilai kedua pemain itu tercatat di angka ratusan juta rupiah.
Baca juga:
Baca Juga: Susunan Pemain Bali United vs Persib Bandung, Semifinal Championship Series BRI Liga 1 Malam Ini
Pertama, ada Federico Chinetti yang berposisi striker dan berusia 19 tahun. Dan kedua ada kiper Pierre Bolchini asal Italia. Kedua pemain itu menjadi pemain termurah Como 1907 dengan bandrol diprediksi hanya Rp869,08 juta.
Jika dibandingkan, nilai kedua pemain itu setara dengan uang sogokan klub Liga 1 di kasus match fixing.
Pada musim 2018, kompetisi Liga Indonesia sempat dibuat heboh dengan kasus match fixing diduga melibatkan sejumlah klub. Satgas Mafia Bola bentukan Polri saat itu menemukan fakta uang sogokan yang dibayarkan klub Liga 2 demi bisa promosi ke Liga 1.
Kasatgas Anti Mafia Bola Polri sekaligus Wakabareskrim Polri, Irjen Asep Edi Suheri saat itu menjelaskan klub yang diduga terlibat match fixing memiliki catatan cukup mengkilap.
"Iya, dalam beberapa pertandingan memang klub 'Y' ini menang. Kecuali 1 pertandingan kalah, dan naik untuk ke Liga 1. Kalau enggak salah dari 8 laga itu 1 yang kalah. Tapi dari 7 itu menang semua," jelas Asep saat konfrensi pers saat itu.
Asep dalam keterangannya menjelaskan demi bisa promosi ke Liga 1, klub itu harus merogok kocek ratusan juta rupiah. Dana itu untuk mengkondisikan perangkat pertandingan.
"Sampai saat ini terdata kurang lebih sekitar Rp 800 juta, kalau pengakuan mungkin bisa Rp 1 miliar lebih. Tapi yang terdata sesuai fakta yang kita dapat ada Rp 800 juta," jelasnya.