Suara.com - Perjalanan skuad Timnas Indonesia U-17 putri dalam Piala Asia U-17 2024 telah berakhir setelah mereka mengikuti tiga pertandingan di Bali.
Selama fase grup A, tim asuhan Mochizuki Satoru mengalami kekalahan telak, yaitu 1-6 melawan Filipina, 0-12 dari Korea Selatan, dan 0-9 kontra Korea Utara.
Kendala utama tim ini bukan pada aspek kepelatihan atau kemampuan para pemain, mengingat tim ini baru terbentuk di bulan Maret dan hanya memiliki waktu dua bulan sebelum berkompetisi di Mei.
BACA JUGA: Head to Head 4 Klub Lolos Championship Series BRI Liga 1, Siapa Paling Mentereng?
Salah satu penyebab utama kesulitan dalam membina timnas putri yang solid adalah kurangnya kompetisi resmi untuk sepak bola putri, terlihat dari tidak adanya Liga 1 putri sejak tahun 2019.
![Pesepak bola Timnas Wanita Indonesia U-19 Marsela Yuliana Awi (kiri) bersama rekan senegaranya Sheva Imut Furyzcha (kanan) meluapkan kegembiraannya [ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/07/13/38419-timnas-indonesia-putri-u-19-antara.jpg)
Selain itu, meskipun sepak bola putri telah kembali dimasukkan dalam agenda Pekan Olahraga Nasional terakhir di Papua, cabang ini sempat absen cukup lama dari PON.
Namun, ada kabar baik bahwa sepak bola putri dijadwalkan untuk kembali dipertandingkan pada PON XXI yang akan diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara.
BACA JUGA: Perpanjang Kontrak Melatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong Punya 3 Tantangan Besar
Sejarah kompetisi sepak bola putri di Indonesia
Baca Juga: Juga Punya Lemparan Roket, Ini 3 Calon Penerus Pratama Arhan di Timnas Indonesia U-23
Dari penelusuran yang dilakukan, klub asal Bandung, Putri Priangan, disepakati sebagai klub sepak bola putri pertama yang lahir di Indonesia. Klub tersebut lahir dengan didasari keresahan Wiwi Hadhi Kusdarti, yang kesulitan menemukan rekan bermain sepak bola.