Suara.com - Pelatih sepak bola Indonesia, Fakhri Husaini, merasa heran dengan kebijakan naturalisasi yang terus menerus digenjot oleh PSSI untuk menambah kekuatan di Timnas Indonesia.
Pasalnya, menurut Fakhri Husaini, jumlah pemain keturunan yang telah diproses menjadi warga negara Indonesia (WNI) demi bisa memperkuat Timnas Indonesia sudah sangat tinggi, bahkan kini mencapai 14 nama.
Di era Mochamad Iriawan sebagai Ketua Umum PSSI, ada lima nama pemain keturunan maupun non-keturunan yang telah dinaturalisasi, yakni Marc Klok, Sandy Walsh, Jordi Amat, Shayne Pattynama, hingga Elkan Baggott.
Baca Juga: Pendidikan Anjas Asmara Disorot usai Minta Shin Tae-yong Dipecat dan Rekrut Pep Guardiola
Baca Juga: 3 Pemain yang Jadi Inspirasi Calvin Verdonk Mantap Bela Timnas Indonesia
Sementara memasuki era Erick Thohir, namanya bertambah melimpah. Mereka adalah Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, hingga Maarten Paes.
Dengan demikian, sudah ada 13 pemain naturalisasi yang kini telah siap memperkuat Timnas Indonesia di level senior. Jumlah inilah yang menjadi perhatian utama Fakhri Husaini sebagai eks pelatih Timnas U-16 dan U-18.
Fakhri mengatakan, kebijakan naturalisasi bukan hal yang salah. Namun, ada dua aspek yang harus benar-benar dipertimbangkan oleh PSSI. Yang pertama berkaitan dengan kualitas pemain tersebut.
“Pertama, pemain yang bisa dinaturalisasi adalah pemain-pemain yang memang betul-betul bisa memberikan dampak positif terhadap permainan Timnas Indonesia,” ujar Fakhri dikutip dari kanal YouTube Sportify Indonesia.
Baca Juga: Pep Guardiola Punya Syarat untuk Bisa Latih Timnas Indonesia
Baca Juga: Fakta Miris Lapangan Latihan Timnas Indonesia U-23: Dijadikan Asbak oleh Suporter
Selain itu, pelatih yang telah mengantongi lisensi AFC Pro itu juga mengungkapkan pentingnya pembatasan jumlah. Sebab, jika saat ini sudah ada 13 nama, artinya di bangku cadangan Timnas Indonesia pun juga dihiasi pemain naturalisasi.
Aspek itulah yang membuat Fakhri merasa keberatan. Sebab, dia mempertanyakan soal apakah pemain-pemain lokal Indonesia dianggap bodoh karena mereka dinilai tak layak menjadi cadangan di skuad Merah Putih.
“Yang kedua, jumlahnya juga harus dibatasi. Sekarang jumlahnya sudah sampai 13. Bahkan pemain cadangan itu sampai ada pemain naturalisasi juga. Sebodoh itukah pemain lokal kita sampai jadi pemain cadangan di Timnas pun tidak bisa?” ujarnya.
Sebetulnya, Fakhri mengakui jika hadirnya pemain naturalisasi memberikan dampak yang positif bagi Timnas Indonesia. Hal ini dianggap wajar karena sejak kecil mereka sudah hidup di ekosistem sepak bola yang maju.
“Artinya, dari sisi kualitas harus menjadi persyaratan utama, sedangkan dari sisi kuantitas juga harus diperhatikan. Sebab, ada yang memberikan dampak positif buat tim. Bagi saya itu wajar saja,” ujar Fakhri.
“Karena mereka lahir di negara yang kompetisinya sudah bagus. Mereka sudah mendapatkan fasilitas tempat latihan, pelatih-pelatih yang berkualitas. Sehingga wajar kalau mereka lebih berkualitas dari pemain kita,” tambahnya.
Kontributor: Muh Faiz Alfarizie