Suara.com - Widodo C Putro membuktikan kualitasnya sebagai salah satu pelatih terbaik Indonesia dengan membawa Arema FC meraih dua kemenangan berturut-turut sejak kedatangannya.
Puncaknya adalah kemenangan 3-2 kontra Persija Jakarta yang membuat Arema FC naik satu peringkat ke posisi 15 klasemen sementara dan terhindar dari zona degradasi.
Meskipun tidak menganggap dirinya sebagai pesulap, Widodo memberikan dampak positif yang signifikan pada tim.
Baca Juga: Deretan Klub Liga 1 yang Kompak Ogah Lepas Pemain ke Timnas Indonesia untuk Piala Asia U-23 2024
1. Mental Pemain Menjadi Bagus
Alih-alih fokus pada perubahan taktik atau aspek teknis, perhatian utama Widodo di Arema FC adalah memperbaiki kondisi mental para pemain.
Baginya, mental menjadi faktor krusial yang berkontribusi pada performa kurang memuaskan Dedik Setiawan dan rekan-rekannya.
Widodo menyatakan bahwa ketika psikis atau motivasi pemain terganggu, bahkan dengan insentif finansial yang besar sekalipun, kemampuan mereka tidak akan optimal.
Hal ini merupakan permasalahan yang diakui oleh Widodo sejak awal kedatangannya di Arema FC.
Baca Juga: Bali United Mulai Kepayahan dalam Persaingan Zona Championship Series, Teco Rancang Siasat
2. Tim Pelatih Lama Ikut Serta
Kolaborasi sukses Widodo dengan asisten-asisten Arema FC menjadi kunci utama kesuksesannya.
Tanpa membentuk dinasti sendiri, Widodo memaksimalkan peran asisten pelatih yang sudah ada, seperti Kuncoro, Siswantoro, dan FX Yanuar.
Keputusan cerdas ini memungkinkan Widodo untuk dengan tepat mendiagnosa masalah tim dan merancang solusi.
Sukses Charles Lokolingoy dalam mencetak gol mungkin hasil dari saran asisten kepada Widodo, yang telah lama mengusulkan peran striker untuknya.
3. Sebenarnya Tidak Ada Perubahan Drastis
Meskipun Widodo memiliki perbedaan dalam konsep bermain dibandingkan dengan Fernando Valente, ia tidak langsung mengubahnya saat memimpin Arema FC.
Saat awal menangani tim, Widodo memutuskan untuk tidak melakukan banyak perubahan dan hanya memfokuskan pada penajaman beberapa aspek permainan.
Widodo tidak bersikap egois dengan tetap fleksibel terhadap idealisme dan konsep permainannya. Ia bersedia berkompromi untuk menyelamatkan tim dari risiko degradasi.
Kontributor : Imadudin Robani Adam