Alasan Edy Rahmayadi Kritik Program Naturalisasi Pemain untuk Timnas Indonesia: Perlu Dievaluasi

Kamis, 15 Februari 2024 | 10:16 WIB
Alasan Edy Rahmayadi Kritik Program Naturalisasi Pemain untuk Timnas Indonesia: Perlu Dievaluasi
Ketua TKD AMIN Sumut, Edy Rahmayadi. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi mengkritik program naturalisasi yang kini banyak dilakukan di era PSSI kepemimpinan Erick Thohir. Menurut dia, naturalisasi Timnas Indonesia harus dievaluasi kembali.

Ketua Umum PSSI periode 2016-2019 itu menilai PSSI lebih baik membenahi pembinaan daripada melakukan naturalisasi pemain untuk memperkuat tim nasional Indonesia.

"Indonesia yang berpenduduk 278 juta jiwa menaturalisasi pemain dari negara yang berpenduduk 28 juta. Ini perlu dievaluasi," ujar Edy di Medan, Rabu kemarin dikutip dari Antara.

BACA JUGA: Harapan dan Pesan Pemain Naturalisasi PSS Sleman Ini Usai Nyoblos di Pemilu 2024

Baca Juga: Pelatih Suwon FC Bantah Jadikan Pratama Arhan sebagai Alat Marketing

Menurut Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 itu, untuk menghasilkan pesepak bola berkualitas perlu dilakukan pembinaan mulai dari akar rumput.

PSSI bersama pemerintah, lanjut Edy, idealnya dapat hadir memberikan beragam fasilitas sepak bola mulai dari tingkat desa.

"Sekolah-sekolah sepak bola sudah seharusnya diperbanyak. Kalau bisa satu desa satu lapangan. Sekarang ini saya melihat lebih banyak tempat jualan daripada lapangan," kata dia.

Untuk itu, Edy menyarankan PSSI untuk memanfaatkan wawasan dan pengetahuan sepak bola wakil ketua umum mereka, Ratu Tisha Destria.

BACA JUGA: Piala Asia U-23 2024 Digelar April di Qatar, Ini Jadwal Uji Coba Timnas Indonesia

Baca Juga: Soroti Proses Naturalisasi Maarten Paes, Sandy Walsh Singgung Ernando Ari

Ratu Tisha yang menjabat sekretaris jenderal PSSI saat di bawah kepemimpinan Edy di PSSI, dianggapnya memiliki konsep persepakbolaan nasional yang baik.

"Ratu Tisha itu mempunyai konsep yang cukup bagus. Saya yakin sekali kalau konsep Tisha dilaksanakan sampai ke tingkat provinsi akan banyak pemain bagus yang dihasilkan," tutur Edy.

Pada awal 2017, Edy sempat mengeluhkan sedikitnya jumlah pemain sepak bola di Indonesia yakni hanya sekitar 67.000 orang dari total jumlah penduduk Indonesia.

Saat itu dia membandingkan kondisi tersebut dengan negara lain, misalnya Malaysia yang dikatakannya memiliki sekitar 585.000 pesepak bola dari sekitar 24,4 juta penduduknya. Lalu di Thailand ada 1,3 juta dari 64 juta penduduk dan di Eropa, misalnya Spanyol, mempunyai 4,1 juta pemain sepak bola dari 46,8 juta penduduk.

"Saat ini susah sekali mencari pemain sepak bola. Contohnya, untuk PSMS di Liga 2, saya harus mencari pemain sampai ke Jawa Timur, Jawa Barat. Itu pun harus rebutan. Begitulah sulitnya mencari atlet sepak bola ini," kata Edy.

Sementara terkait kompetisi, Edy mengutarakan keyakinan bahwa kualitasnya akan semakin bagus seiring dengan apiknya program pembinaan.

"Kompetisi itu 'goal' dari pembinaan," tutur pria berusia 62 tahun itu.

Saat Edy memimpin PSSI periode 2016-2019, tim nasional Indonesia termasuk di level umur menggunakan jasa beberapa pemain naturalisasi seperti Ezra Walian, Alberto Goncalves, Ilija Spasojevic, dan Stefano Lilipaly.

Kecuali Lilipaly yang sudah menjadi WNI sejak 2011, ketiga nama lain berstatus WNI pada rentang 2017-2018 atau ketika Edy duduk di kursi ketua umum PSSI.

Pada periode kepemimpinan Edy Rahmayadi, PSSI melakukan naturalisasi demi memenuhi target menjuarai SEA Games 2017 di Malaysia dan empat besar Asian Games 2018 meski akhirnya kedua target tersebut tidak tercapai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI