Suara.com - Liga 2 2023-2024 hampir mendekati akhir di mana kompetisi kini memasuki babak semifinal yang akan berlangsung dengan format home-away pada 25 dan 29 Februari mendatang.
Dalam fase ini, Persiraja Banda Aceh akan menghadapi PSBS Biak, sementara Malut United akan berduel dengan Semen Padang.
Format home-away menunjukkan bahwa setiap tim akan bermain satu pertandingan di kandangnya sendiri dan satu pertandingan di kandang lawan.
Baca juga: Nyekor di 5 Laga Beruntun Liga Inggris, Rasmus Hojlund Ukir Rekor Prestisius
Baca Juga: Mengulas Dahsyatnya Semen Padang, Semifinalis Liga 2 yang Berpotensi Kembali ke Kasta Tertinggi
Pertemuan antara Persiraja Banda Aceh dan PSBS Biak menjanjikan duel yang intens, dengan keduanya berusaha untuk mencapai final.
Begitu juga dengan pertandingan antara Malut United dan Semen Padang, di mana keduanya akan berjuang untuk mendapatkan tiket ke partai puncak.
Format ini memberikan nuansa persaingan yang lebih menarik, karena tim harus tampil baik di kedua laga untuk meraih kesempatan maju ke final Liga 2.
Dua dari empat stadion yang akan menjadi tempat berlangsungnya babak semifinal ini memiliki sejarah yang kaya dalam kompetisi kasta tertinggi.
GOR Haji Agus Salim dan Stadion Mandala, kedua stadion tersebut, telah menjadi saksi perjalanan panjang sejumlah tim besar dalam dunia sepak bola Indonesia.
Baca Juga: Biaya Naik Pesawat Aceh-Biak, Klub Liga 2 Terancam Boncos Jalani Laga Semifinal
GOR Haji Agus Salim memiliki kenangan indah sebagai saksi kesuksesan Semen Padang di kasta tertinggi.
Baca juga: Cedera Pergelangan Kaki, Real Madrid Dipastikan Tanpa Jude Bellingham Hadapi RB Leipzig
Stadion ini menjadi saksi gemilang saat skuad Kabau Sirah meraih prestasi menjuarai Liga Prima Indonesia 2011/2012, sebuah pencapaian yang terus dikenang dalam sejarah klub.
Di sisi lain, Stadion Mandala akan menjadi markas PSBS Biak. Ini merupakan venue yang telah menjadi panggung bersejarah bagi Persipura Jayapura.
Stadion ini menyaksikan kesuksesan Persipura mulai dari Divisi Utama Liga Indonesia 2005 hingga tiga gelar Indonesia Super League (2008/2009, 2010/2011, dan 2013).
Kedua stadion tersebut tidak hanya menjadi tempat pertandingan, tetapi juga menyimpan jejak prestasi dan kejayaan bagi klub-klub besar yang pernah berlaga di sana.
Kontributor : Imadudin Robani Adam