Suara.com - Mantan pemain Persipura Jayapura dan pemain naturalisasi Indonesia, Bio Paulin, kini mendaftar sebagai calon legislatif atau Caleg.
Ia menjadi pemain keturunan pertama yang ikut dalam kontestasi politik di Pemilu 2024. Bio Paulin tercatat sebagai caleg DPRD Kota Jayapura.
Namanya tercatat sebagai salah satu caleg DPRD Kota Papua untuk daerah pemilihan (Dapil) 4 atau wilayah Abepura.
Bio Paulin sudah mengantongi status Warga Negara Indonesia (WNI) pada 2015 lalu. Bio Paulin menjadi WNI lewat proses naturalisasi dan sudah lama tinggal di Indonesia.
Baca Juga: Anak Jenderal Kamerun Bio Paulin Jadi Caleg Gerindra: Mohon Doa dan Dukungannya
Di Pemilu 2024, Bio Paulin menyusul jejak praktisi sepak bola lainnya yang terjun ke politik setelah Yoyok Sukawi (PSIS) dan Seto Nurdiantoro.
Ayah Bio Paulin Bukan Orang Sembarangan
Bio Paulin lahir di Nanga Eboko, Kamerun pada 15 April 1984. Ia resmi menjadi warga negara Indonesia (WNI) pada 23 Mei 2015.
Pemain bernama lengkap Bio Paulin Pierre itu menjalani debut di Timnas Indonesia saat melawan Myanmar pada 30 Maret 2015. Yang menarik dan mungkin banyak yang jarang mengetahui, Bio Paulin ternyata seorang anak Jendera di Kamerun.
Ayah Bio Paulin bukan sosok sembarangan di Kamerun. Ayah Bio Paulin seperti diungkapnya di kanal Youtube Sport77Official ialah Jenderal bintang tiga.
Baca Juga: PSSI: Kelanjutan Naturalisasi Ragnar Oratmangoen dan Thom Haye Menunggu Reses DPR
"Bapak saya dulu tentara di Kamerun, tapi ia bertugas di Prancis," ungkap Bio seperti dikutip, Rabu (7/2).
"Ia adalah Komandan pasukan dari Kamerun yang ke Prancis untuk mengajari berperang," sambungnya.
Masih dari sumber yang sama, Bio Paulin mengatakan bahwa sebenarnya sang ayah tak ingin ia memiliki karier di sepak bola. Sang ayah menginginkan Bio Paulin untuk berkarier di militer.
"Tapi saya keras sampai akhirnya dia mengizinkan (berkarier di sepak bola). Kalau itu yang kamu pilih, semoga kamu sukses" ucap Bio menirukan ucapan sang ayah.
Bahkan kata Bio Paulin, saat ia akan melanjutkan karier di Liga Indonesia pada 2006, sang ayah sampai membelikan tiket untuknya sebagai bentuk dukungan.
"Support dia beli tiket, saya akhirnya bisa berangkat," ucapnya.