Menurut Peri, Timnas Indonesia idealnya diisi oleh para pesepak bola berkualitas yang bermain di kasta tertas liga.
Namun, dalam kenyataannya, Timnas Indonesia semakin bergantung dengan talenta naturalisasi di mana dalam skuad Piala Asia 2023, pelatih Shin Tae-yong membawa delapan pemain keturunan.
Naturalisasi, kata penyerang peraih medali emas SEA Games 1991 itu, bukanlah hal buruk. Namun, penerapannya disebut tak boleh mengubur talenta-talenta lokal di liga.
Menurut Peri, para pesepak bola lokal, khususnya yang berposisi sebagai striker, kurang mendapat kesempatan bermain di Liga 1.
Hal itu tak lepas dari regulasi yang memberi setiap klub jatah enam pemain asing, di mana hampir seluruh tim peserta Liga 1 kini mengandalkan talenta impor untuk pos lini depan.
Peri, yang sempat memegang rekor pencetak gol terbanyak dalam satu musim Liga Indonesia dengan 34 gol pada 1994-1995 itu, menilai era keemasan striker Indonesia telah berakhir usai Bambang Pamungkas pensiun.
Setelah Bepe, sapaan akrab Bambang Pamungkas, Peri menganggap belum ada striker yang mampu menyamai kualitas dari eks penyerang legendaris Persija Jakarta itu.
Menyitat Antara, terakhir kali pemain Indonesia berstatus sebagai penyerang tersubur di Liga Indonesia terjadi tahun 2013, atas nama Boaz Solossa (25 gol).
Sementara pemain lokal terakhir yang mampu merebut gelar pemain terbaik liga adalah Ferdinand Sinaga pada tahun 2014.