Bima Sakti menekankan bahwa kemampuan pemain diaspora harus di atas rata-rata dan tidak boleh setara dengan pemain lokal.
Hal ini, menurutnya, sebagai bentuk penghargaan terhadap pesepakbola muda Indonesia yang telah berusaha keras melalui sekolah atau akademi.
Pemain-pemain Timnas Indonesia U-17 yang berlaga di Piala Dunia ini dipilih melalui berbagai seleksi, termasuk Piala AFF U-16 2022, program Gadura Select, dan seleksi di 12 kota besar se-Indonesia.
Dalam proses seleksi ini, ada juga 2 pemain diaspora yang berhasil masuk dalam skuad dari lebih dari 10 pemain yang diuji.
Bima Sakti juga membagikan pengalamannya mengenai pemain diaspora bernama Chow Yun Damanik yang menarik perhatiannya. Meski memiliki kualitas bermain yang menjanjikan, Damanik terkendala masalah administrasi sehingga sulit untuk didaftarkan.
Bima Sakti menyayangkan hal ini, mengingat kualitas dan mentalitas pemain tersebut sebanding dengan pemain-pemain yang bermain di Eropa dan Amerika Latin.
Bima Sakti menegaskan bahwa dalam memilih starting lineup, keputusan tersebut didasarkan pada performa pemain saat latihan.
Diskusi dengan tim pelatih juga menjadi faktor penentu, di mana kolaborasi dengan Frank dan coach Indra menjadi bagian dari proses evaluasi.
Meskipun Timnas Indonesia U-17 mengalami kegagalan di Piala Dunia U-17, Bima Sakti menekankan bahwa setiap pemain mendapatkan perlakuan yang sama dan penilaian didasarkan pada kualitas permainan mereka.
Baca Juga: Gile! Tiket Final Piala Dunia U-17 Sudah Habis Dipesan