Psikolog Minta Netizen Jangan Kritik Pemain Timnas Indonesia U-17 Berlebihan

Kamis, 16 November 2023 | 13:31 WIB
Psikolog Minta Netizen Jangan Kritik Pemain Timnas Indonesia U-17 Berlebihan
Sesi Latihan Timnas Indonesia U-17 di Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya Pada Rabu (15/11/2023). (pssi.org)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Psikolog Timnas Indonesia U-17, Afif Kurniawan meminta kepada netizen untuk tidak melakukan kritik secara berlebihan kepada pemain. Pasalnya, itu bisa berdampak terhadap psikologis pemain.

Timnas Indonesia U-17 mampu mengumpulkan dua angka dalam dua pertandingan Grup A Piala Dunia U-17 2023. Mereka bermain imbang 1-1 saat melawan Panama dan Ekuador dalam laga Grup A.

Hasil imbang itu masih menuai kritik dari netizen melalui media sosial. Bahkan, tak jarang muncul makian yang bisa berdampak buruk.

Aksi Ikram, kiper timnas Indonesia U-17 saat hadapi Panama (13/11) (pssi.org)
Aksi Ikram, kiper timnas Indonesia U-17 saat hadapi Panama (13/11) (pssi.org)

Psikolog Timnas Indonesia U-17 Afif Kurniawan heran ada komparasi antara kritik di Indonesia dan timnas negara lain. Banyak yang berpendapat bahwa di luar negeri pemain sepak bola sudah biasa dengan kritik.

Baca Juga: 3 Pemain Timnas Indonesia Mungkin Akan "Ngamuk" Haus Gol Lawan Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Padahal, kultur kritik biasanya tertuju kepada pemain sepak bola dewasa, bukan kelompok umur. Timnas Indonesia U-17 seharusnya bisa menjadi wadah bagi para pemain untuk berkembang.

“Bedanya adalah tidak ada kultur bully di sana. Tidak ada abuse kepada pemain. Di media sosial mungkin ada maki-maki, tapi di lingkungan terdekat akan memberikan dukungan dan perlindungan. Lingkungan terdekat pemain ada pelatih dan keluarga,” kata Afif Kurniawan dalam keterangannya.

Sejumlah pengamat menilai Timnas Indonesia U-17 perkembangannya signifikan dalam dua pertandingan itu. Saat melawan Ekuador, Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan sempat kewalahan menghadapi serangan lawan yang tampil agresif.

Namun, situasinya berbeda saat melawan Panama. Tim Garuda Muda mampu memberi tekanan kepada lawan. Beruntung, Timnas Indonesia U-17 tidak menelan kekalahan dalam dua pertandingan tersebut.

“Kontrasnya adalah apa yang kita alami selama tinggal di sini, seri dua kali, itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di media sosial. Di media sosial itu benar-benar seperti itu. Mereka tumbuh dengan karakteristik sesuai dengan usianya,” ucap Afif.

Baca Juga: Pelatih Ekuador Bocorkan 2 Taktik Maroko, Timnas Indonesia Bisa Hancur Kalau Tak Tahu

Satu hal yang jadi sorotan Afif adalah para pemain Timnas Indonesia U-17 memerlukan arahan untuk terus belajar dan berkembang. Dia tidak ingin beban orang dewasa juga ditimpakan kepada anak asuh Bima Sakti.

“Justru yang mengusik saya adalah kenapa kita tidak bisa melihat itu, tapi kita malah mementingkan kekalahan dan kemenangan. Kita harus mementingkan mereka ini dalam proses bertumbuh, karena nanti akan bermain sepak bola sampai mendatang,” ujarnya.

“Kenapa kita memberi beban orang dewasa kepada mereka? Jangan beri beban orang dewasa kepada anak-anak. Ini bukan soal ekspektasi, boleh memenangkan pertandingan. Itu normal. Tapi, memberi beban bahwa orang dewasa itu belum sampai situ,” tutur dosen Universitas Airlangga tersebut.

Timnas Indonesia U-17 masih akan melakoni laga terakhir Grup A dengan menghadapi Maroko, Kamis (16/11/2023). Ini jadi penentuan terakhir kedua tim untuk menembus fase gugur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI