Suara.com - Media Vietnam, Soha.vn tak ketinggalan ikut membahas hukuman yang diberikan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) kepada Timnas Indonesia U-22 dan Thailand buntut kericuhan di final SEA Games 2023.
Mereka menyindir Timnas Indonesia U-22 yang dianggap terlalu dianak emaskan oleh PSSI tetapi pada akhirnya tak bisa lolos dari hukuman berat AFC.
Timnas Indonesia U-22 selaku juara SEA Games 2023 dari cabang olahraga sepak bola putra, sempat terlibat insiden baku hantam dengan Thailand.
Hal itu terjadi di akhir babak kedua pasca Thailand secara dramatis menyamakan kedudukan 2-2. Keributan juga pecah setelah di awal babak perpanjangan waktu, skuad Garuda langsung merestorasi keunggulan 3-2 lewat Irfan Jauhari.
Baca Juga: Hasil Semifinal Piala AFF U-19 2023: Dihabisi Thailand 7-1, Timnas Putri Indonesia Gagal ke Final
Akibat insiden pukul-pukulan itu, tiga pemain dan empat ofisial Timnas Indonesia U-22 mendapat sanksi berat dari AFC. Tiga pemain itu adalah Titan Agung, Komang Teguh, dan Taufany Muslihuddin.
Ketiganya dilarang bermain dalam enam pertandingan kompetisi atau laga yang dinaungi AFC. Sementara khusus untuk Titan Agung dan Komang Teguh, mereka juga didenda 1.000 dolar AS atau sekitar Rp14,9 juta karena dinilai turut melanggar Pasal 47 dan 38.2.4 tentang Kode Etik Disiplin dan Etik AFC.
Keputusan AFC menjatuhi hukuman berat kepada tiga pemain Timnas Indonesia U-22 pun disorot Soha.vn. Mereka menjabarkan situasi Garuda Muda yang tak disanksi PSSI tetapi kini kena hukuman AFC.
“Dikira lolos dari hukuman, para pahlawan SEA Games ke-32 Indonesia itu tetap mendapat hukuman berat dari AFC,” tulis Media Vietnam, Soha.vn dalam sebuah artikel dikutip pada Jumat (14/7/2023).
Lebih jauh, Soha.vn juga menyindir sikap PSSI yang seakan tutup mata dengan kericuhan itu dan memilih fokus merayakan keberhasilan Timnas Indonesia U-22 menjuarai SEA Games untuk kali pertama sejak 1991 silam.
Baca Juga: Tampil Lagi untuk Tim Utama, Ivar Jenner Gagal Bawa FC Utrecht Menang
"Para pemain Timnas Indonesia U-22 dipuja sebagai pahlawan dan tidak mendapat hukuman apa pun dari Federasi Sepakbola Indonesia setelah bentrok dengan Thailand di final. Namun, AFC bertindak lain,” tulis Soha.vn.
Mereka membandingkan sikap PSSI dengan Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) dalam menyikapi insiden tersebut di mana Negeri Gajah Putih langsung memberikan para pemain dan ofisial sanksi atas kejadian yang dianggap mencoreng sepak bola Asia Tenggara itu.
“Pulang setelah turnamen, Asosiasi Sepakbola Thailand (FAT) mengeluarkan denda besar, 3 anggota staf pelatih dilarang melakukan tugas di semua level tim selama 1 tahun, 2 pemain dilarang berpartisipasi di level tim. rekrutmen dalam waktu 6 bulan,” tulis Soha.vn.
“Di pihak PSSI, sang ketua, Erick Thohir malah balik bertanya ketika pers menyebut soal penalti itu. ‘Mengapa kita harus menghukum para pemain? Itu spontan saja dan bisa ditoleransi sepenuhnya," demikian Soha.vn.