Suara.com - Shayne Pattynama akhirnya buka suara terkait alasan absen saat Timnas Indonesia menjamu Palestina di Surabaya dalam FIFA Matchday pada 14 Juni lalu. Kondisi fisiknya disebut "hancur" pasca penerbangan panjang dari Norwegia.
Shayne Pattynama jadi salah satu pemain yang datang terlambat ke pemusatan latihan atau training camp (TC) Timnas Indonesia jelang FIFA Matchday Juni 2023.
Alhasil, saat skuad Garuda memainkan laga perdana uji coba konra Palestina, Shayne absen dalam pertandingan yang berakhira dengan skor sama kuat 0-0 itu.
Shayne Pattynama baru debut saat melawan Argentina pada 19 Juni 2023. Dalam laga yang dimenangi La Albiceleste 2-0 itu, bek Viking FK tersebut tampil 45 menit.
Baca Juga: Jebolan Piala Dunia U-17 di Timnas Indonesia Selain Jordi Amat, Sosoknya Dicintai Fans
Shayne menceritakan bagaimana dirinya tak mampu memberikan penampilan maksimal di FIFA Matchday Juni 2023. Pemain Viking FK itu mengaku kondisi fisiknya kacau karena adaptasinya tidak berjalan dengan bagus di Indonesia.
Shayne membutuhkan waktu 25 jam untuk tiba di Indonesia. Ia tiba sehari sebelum melawan Palestina di mana tidak memungkinkan untuk bermain.
"Itu adalah penerbangan 25 jam dan saya mendarat di Jakarta pada hari Selasa. Pada hari Rabu kami sudah bertanding melawan Palestina (0-0)," kata Shayne dilansir dari Voetbalzone, Jumat (30/6/2023).
"Saya belum membahas ini, karena saya juga mengalami jet lag. Latihan pertama sangat sulit. Saya sudah benar-benar hancur dengan latihan operan dan tendangan sederhana," sambungnya.
Salah satu yang membuat Shayne Pattynama kesulitan adalah cuaca. Ia mengaku suhu di Indonesia sangat panas dan lembab, berbeda jauh dari Norwegia.
Baca Juga: 3 Alasan Timnas Indonesia U-17 Perlu Rekrut Pemain Garuda Select untuk Piala Dunia
"Di Jakarta panas, tapi juga pengap karena kelembapannya tinggi. Anda hanya perlu berlari sekali dan semua berkeringat. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri bermain dalam iklim seperti itu," tutupnya.
Meski begitu, Shayne Pattynama bersyukur banyak membantunya beradaptasi. Terutama pemain-pemain naturalisasi sepertinya sangat terbuka membantunya.
"Stefano (Lilipaly) juga teman sekamar saya. Orang-orang itu memperlakukan saya dengan sangat baik. Mereka tahu persis cara kerjanya dan telah membantu saya dengan semua hal kecil," terangnya.
"Senang juga bisa berbicara bahasa Belanda dengan mereka. Minggu saya berada di Indonesia benar-benar merasa seperti pulang ke rumah lagi," pungkasnya.