Tidak hanya dari komponen pengembangan pemain, JFA juga memberikan pelatihan dan pengembangan terhadap para pelatih yang nantinya akan membina di akademi hingga memperoleh lisensi AFC.
Pengembangan sepak bola itu membuat Jepang kini mempunyai scouting yang merata di berbagai penjuru kota, tidak hanya terpusat pada beberapa kota seperti Tokyo, Osaka dan Shizuoka.
Pada sebuah jurnal berjudul "Does the Mobility of Football Players Influence the Success of the National Team?" yang ditulis oleh Dirk Baur dan Sibylle Lehmann, dijelaskan timnas yang mencapai kesuksesan dimulai dengan pemain yang di ekspor ke liga yang berperingkat lebih baik dan liga diisi sebagian oleh pemain asing.
Dalam jurnal terbitan Institute for International Integration Studies, 2007, menyimpulkan bahwa pemain yang bermain di luar negeri membuat timnas dapat tampil baik di ajang internasional.
Dalam melakukan tata kelola J-League, JFA juga sadar akan hal itu. Selain membuat regulasi mengenai kuota pemain asing yang sesuai kebijakan yang diberikan AFC, klub-klub J-League melakukan produksi-produksi pemain bertalenta dengan memberikan kesempatan menit bermain ke pemain muda.
Pertama, mengenai regulasi pemain asing selain untuk membuat klub-klub dapat bersaing di kompetisi teratas Liga Champions Asia namun juga dapat menjadi proyek untuk memperoleh exposure dari sepak bola dunia.
Nama-nama pemain kelas dunia yang berhasil dikontrak klub J-League seperti Andres Iniesta, Lukas Podolski hingga Fernando Torres juga dapat menularkan ilmunya kepada pemain muda.
Kedua, semakin tinggi ekspose liga juga bakal diiringi dengan kehadiran agen pencari bakat yang bakal merekrut pemain muda. Itu juga terjadi di J-League, dengan menunjukkan tata kelola liga yang baik maka tak segan-segan para pencari bakat pun akan berdatangan mencari bakat.
Indonesia beberapa langkah di belakang Jepang dalam urusan pengembangan dan tata kelola sepak bola. Dengan tercapainya kesepakatan kerjasama ini setidaknya menjadi momentum untuk belajar dari Samurai Biru.
Baca Juga: Ranking FIFA Tim Grup D Piala Asia 2023, Timnas Indonesia Paling Rendah
Menarik sedikit sejarah, sebetulnya JFA pernah menimba ilmu tata kelola liga ke Indonesia di masa Galatama. Dari situ mereka dapat mengambil banyak ilmu dan melakukan pengembangan sepak bola dengan road map jangka panjang. Sementara Indonesia terasa hanya berjalan ditempat.