Suara.com - Direktur Utama PSM Makassar Sadikin Aksa dinilai sebagai sosok penting atas kesuksesan skuad tim sepakbola PSM yang berhasil meraih juara liga 1 BRI musim 2022-2023 setelah 23 tahun menunggu gelar tersebut.
"Karena PSM ini kebanggaan, kecintaan, bahkan sudah menjadi harga diri bagi sebagian warga Sulsel. Karena itu, mari kita jaga bersama kebanggaan kita," papar Sadikin kepada ANTARA di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (10/4/2023).
Meski diawal menangani tim PSM Makassar menggantikan Munafri Arifuddin disapa akrab Appi sebagai CEO melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Persaudaraan Sepakbola Makassar (PSM), tentunya ia menemui beberapa kendala.
Mengingat amanah dari permintaan pemegang saham tersebut, maka dia pun mengiyakan menjalankannya. Kendati, jabatan sebelumnya sebagai komisaris, tahun ini ia pun turut terlibat langsung di jajaran direksi dengan jabatan Direktur Utama.
Baca Juga: Persebaya vs Arema FC, Aji Santoso Soroti Individual Error di Kubu Bajul Ijo
Padahal, diawal banyak yang meragukan eksistensi PSM Makassar musim ini. Karena skuad PSM Makassar yang dianggap biasa-biasa saja. Tidak semewah beberapa pemain dari klub ternama seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, PSIS Semarang dan juara bertahan Bali United.
Dengan penuh semangat, dia pun menjadi super sibuk mengurusi manajemen PSM Makassar. Seperti tuntutan prestasi, keuangan hingga infrastruktur tim. Meski segudang tantangan dan tanggung jawab itu, Sadikin mampu menjawabnya dengan berkelas yakni berhasil merengkuh juara Liga 1 musim kali ini.
"Alhamdulillah, musim yang penuh drama dari awal. Tetapi kami terus berjuang buat masyarakat Sulawesi yang selalu mendoakan dan mendukung kami untuk terus semangat. Kami berhasil membawa kembali piala itu setelah 23 tahun. We are the champion," ucap Sadikin dengan penuh semangat.
Walaupun namanya baru muncul ke publik, setelah mengantarkan skuad PSM juara liga, namun ia tetap rendah diri. Sebab, gelar juara PSM terakhir diraih pada tahun 2000 lalu melalui kompetisi liga bergengsi di Indonesia setelah beralih dari era perserikatan dan galatama.
Di Indonesia, sebutan orang gila bola sudah awam disematkan pada sosok yang mengurusi klub sepakbola. Ada diksi kata 'gila' karena memang mengurusi klub sepakbola di Indonesia bukan hal yang mudah.
Baca Juga: Arema FC Hadapi Persebaya Tanpa Tiga Pemain Kunci
Pengorbanannya pun sangat besar. Bukan hanya tenaga dan pikiran, uang sudah pasti, plus berani rugi, karena urusan sepakbola di Indonesia dianggap sulit mencari keuntungan. Sebagai pengusaha dan aktif di dunia otomotif, anak Aksa Mahmud ini tetap berani menjalankan amanah itu.
Dan di saat Liga 1 bergulir, PSM tidak memiliki stadion usai Stadion Mattoangin dibongkar rencananya dibangun kembali Pemprov Susel, tetapi belakangan berkasus. Ia pun lebih banyak diam dalam bekerja. Bahkan jarang diekspos dan tidak banyak berkomentar di media, bahkan dianggap irit komentar, walaupun ada sederetan direksi klub yang selalu ingin menjadi pahlawan.
Hingga akhirnya, Stadion Gelora BJ Habibie di Kota Parepare, ditunjuk menjadi markas PSM padahal letaknya 155 kilometer dari Kota Makassar. Kebiasaan unik Sadikin saat PSM bertanding di stadion tersebut sering berkeliling stadion untuk mengecek apa saja kekurangan termasuk memantau aktifitas penukaran tiket dan hilir mudik suporter PSM.
Selain itu, sering masuk menyelinap ke area penonton dan suporter apa yang menjadi kekurangan saat pertandingan, hingga akhirnya mendapati kendala dan memutuskan memisahkan jalan masuk dan keluar suporter laki-laki dan perempuan agar lebih aman dan nyaman saat menonton pertandingan.
Akhirnya, tunai sudah tugas Sadikin musim tahun ini. Mimpi juara liga akhirnya menjadi nyata. Sesuatu yang sulit disangka.