Suara.com - Untuk pencinta sepak bola klasik, formasi 4-4-2 mungkin tak asing di telinga dan lapangan. Namun formasi ini kini jarang dipakai oleh tim sepak bola. Berikut ini asal usul formasi 4-4-2.
Seiring perkembangan sepak bola yang menjadi lebih modern membuat formasi 4-4-2 di jaman saat ini dianggap sudah punah.
Selain tak lagi efisien dalam mendulang gol dan memastikan kemenangan, kreativitas yang ditimbulkan dari para pemain juga tidak mendukung.
Sejarah formasi ini diawali oleh Victor Maslov, pelatih asal Rusia yang dianggap sebagai penemu pakem 4-4-2 dalam dunia sepak bola.
Baca Juga: Link Live Streaming Timnas Indonesia U-20 vs Fiji di Turnamen Mini Internasional
Di Indonesia, sosok yang mempopulerkan strategi ini adalah Endang Witarsa yang saat itu menukangi Persija Jakarta medio 1960-an.
Penggunaan 4 pemain bertahan, dua bek tengah diapit dua bek kanan dan kiri sebelum berevolusi sebagai bek sayap di era modern.
Saat itu tanpa adanya libero, 4-4-2 semakin populer dan AC Milan menjadi tim yang mendapat keberuntungan bersama Arrigo Sacchi di era 1980-an.
Namun seiring berjalannya waktu, formasi ini sudah tidak efektif dalam proses penyerangan dengan dua bek sayap turut membantu maju ke depan.
Bek sayap akan menyebar ke sisi-sisi, tujuannya untuk memberi umpan silang atau umpan jauh di area kosong tim lawan.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-20 vs Fiji Digelar Tanpa Penonton
Meski begitu, beberapa di antaranya menggunakan metode ini sebagai cara merobek pertahanan lawan dari luar kotak penalti.
Misalnya seperti Arjen Robben yang terkenal dengan cutting inside dari sisi kiri pertahanan lawan, yang diakhiri dengan sepakan kaki kiri mematikannya.
Formasi ini kemudian kembali mengalami perubahan fungsi, Diego Simeone dengan Atletico Madrid menerapkan sistem bertahan level ganda.
Banyak pemain bertahan di area pertahanan tanpa adanya peran bek sayap untuk menyerang, proses penyerangan selalu diawali dari tengah.
Demi memiliki sistem pertahanan yang kokoh, hingga tak jarang banyak yang menganggap sistem Simeone sebagai negative-football.
Pasalnya cara bertahan seperti Atletico juga disertai dengan strategi mengulur waktu dan permainan keras terhadap lawan.
Kontributor: Eko