Sebut saja Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy di dekade 90 an. Keduanya menimba ilmu di tim utama dengan berlatih dan mengikuti pramusim.
Kejayaan Sampdoria, terutama di Indonesia, kini pun memudar seiring mangkatnya Paolo Mantovani selaku pemilik. Kepergian sang pemilik menjadi titik balik kehancuran Il Samp.
Hal ini terbukti dengan degradasinya Sampdoria ke Serie B pada musim 1998/1999. Bahkan, degradasi dirasakan kembali di musim 2011/2012.
Usai jatuh bangun dan kini berkiprah di Serie A atau kasta teratas, Sampdoria sulit kembali ke masa kejayaannya seperti di era 90 an.
Malahan, nasib tragis kini menimpa Sampdoria yang terancam degradasi dari Serie A musim 2022/2023 ini.
Di musim 2022/2023 ini, Sampdoria yang dibela pemain keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi, justru tengah terjerembab di papan bawah.
Hingga pekan ke-21 Serie A 2022/2023, Sampdoria masih tertahan di peringkat ke-19 dengan raihan 10 poin saja, hasil dari dua kemenangan, empat hasil imbang, dan 15 kekalahan.
Dengan performa saat ini, Sampdoria pun kian dekat dengan degradasi ke Serie B, mengulang catatan buruk di musim 1998/1999 dan 2011/2012 lalu.
Catatan buruk musim ini pun tak ayal menjadi nasib tragis bagi Sampdoria, tim yang berjaya di awal dekade 90 an dan menjadi tim papan bawah di sepak bola modern saat ini.
Baca Juga: Derby Della Madonnina, Inter Vs Milan: Si Ular Hancurkan Rosonerri 1-0
[Felix Indra Jaya]