Suara.com - Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus menanggapi konsekuensi jika Arema FC mundur dari kompetisi BRI Liga 1 2022/2023. Salah satu dampak yang bakal dirasakan menurutnya adalahnya rontoknya value kompetisi.
Belakangan desakan agar Arema FC mundur dari kompetisi kencang digaungkan beberapa pihak. Menurut mereka itu menjadi salah satu bentuk tanggung jawab pasca Tragedi Kanjuruhan.
Bahkan, ada demonstrasi dilakukan oknum suporter di Malang yang berujung anarkis beberapa waktu lalu terkait hal tersebut. Karena hal inilah, manajemen Arema FC sempat membuat opsi bakal membubarkan tim.
"Ya memang dilematis ya. Di satu sisi ada beberapa pihak yang masih sangat bergantung bahwa liga ini tetap bisa berjalan," kata Ferry Paulus di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Baca Juga: Kesulitan Cari Kandang, LIB: Arema FC Sudah Ajukan Stadion PTIK
"Tidak dipungkiri tragedi di mana para korban itu tidak bisa dikesampingkan sehingga harus mencari jalan keluar, terobosan-terobosan. Kita cari solusi yang menyenangkan semua pihak, walau pun memang sulit," jelasnya.
Ferry Paulus menerangkan beberapa konsekuensi andai Arema FC mundur. Salah satu yang paling disorotnya adalah menurunnya kualitas kompetisi.
Di sisi lain, Singo Edan --julukan Arema FC-- tentu bakal mengalami beberapa kerugian. Dari mulai sanksi hingga denda yang jumlahnya tidak sedikit.
"Liga (1) ini kan kontestannya ada 18 klub, kemudian nanti bagaimana menentukan atau melanjutkan sisa liga yang ada. Apalagi yang kita sama-sama tahu dari hasil kongres itu, keputusan terakhir Liga 1 tidak ada degradasi dan belum ada promosi dari Liga 2 dan 3," terang Ferry.
"Kan value dari liga juga akan rontok, apabila salah satu kontestan mundur dari kompetisi," pungkas sosok yang akrab disapa FP tersebut.