Suara.com - Pasca penyerangan kantor Arema FC di Malang, Jawa Timur, Singo Edan justru tak menarik simpatik warganet. Bahkan caci maki warganet ramai di Twitter.
Hal itu terlihat dari komentar di postingan terakhir Arema FC. Twitter Arema FC @AremafcOfficial menyebarkan pernyataan resmi manajemen Arema soal pengrusakan kantor.
Komentar itu tidak ada yang baik. Justri kata binatang hingga makian kasar dialamatkan ke Arema FC.
Ada yang menyayangkan sikap Arema FC yang justru menempatkan diri sebagai pihak yang tersakini.
Baca Juga: Arema FC Berencana Bubar, Warganet Sambut Gembira: Kenapa Tak dari Awal Sih?
Bahkan ada yang menilai Arema FC menjadi beban Liga Indonesia. Kemungkinan ini ada hubungannya dengan Tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
Bahkan ada yang minta Arema bubar.
Berikut sebagian isi cacian warganet ke Arema:
"Ojok merasa tersakiti ngono ta jancok ancen," tulis @bbennya****.
"Legowo munduro ae sam Rehat dulu," tulis @halmay****.
Baca Juga: Terus Dimusuhi, Arema FC Pertimbangkan Bubarkan Tim
"Kalo terbuka mah yg turun langsung Pemilik saham mayoritasnya dong jangan kaki tangannya mulu. Percuma punya saham kalo ga ada konsumennya kan? biasanya kalo bisnis sebuah brand udah jelek namanya pilihan cuma 2 rebranding atau dijual aja..." kata @secretki****.
"Bubaro Cok," @TomiL****.
"AREMA FC, BUKAN E MEMBANGGAKN MALANG, MALAH MEMPERMALUKAN MALANG !!!" tulis @IkkiR****.
"bubuaro cokkkkk, munduro tekan liga. jancok!" tulis @Rap****.
Kronologi kericuhan di depan kantor Arema FC
Aksi unjuk rasa yang digagas oleh kelompok Arek Malang Bersikap pada Minggu (29/1) kurang lebih pada pukul 11.30 WIB berakhir ricuh. Kantor Arema FC di Jalan Mayjend Panjaitan Nomor 42, Kecamatan Klojen, Kota Malang mengalami kerusakan.
Massa aksi yang menggunakan pakaian serba hitam itu melempar batu ke arah Kandang Singa yang juga sekaligus official store Arema FC.
Official store Singo Edan mengalami kerusakan cukup parah dan dilaporkan ada tiga orang yang mengalami luka-luka.
Polisi akan melakukan langkah penegakan hukum dan menangkap pelaku aksi unjuk rasa yang anarkis, termasuk mendalami adanya aktor intelektual di balik aksi yang dilakukan tersebut.