Suara.com - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong buka suara pasca kegagalan membawa skuad Garuda menjadi juara Piala AFF 2022. Setidaknya, ada lima penyebab kembali terkuburnya mimpi tim Merah Putih di ajang dua tahunan ini.
Timnas Indonesia, yang mendapat target menjadi juara oleh PSSI, harus puas cuma finis sebagai semifinalis. Langkah Witan Sulaeman dan kawan-kawan dihentikan Vietnam.
Skuad Garuda sejatinya menjadi salah satu tim dengan statistik impresif di ajang ini. Namun, performa mereka melempem ketika menghadapi The Golden Star Warriors terutama di leg kedua semifinal.
Timnas Indonesia cuma mampu bermain imbang tanpa gol ketika menjamu Vietnam di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Padahal, Dandy Sulistyawan dan kawan-kawan memiliki beberapa peluang untuk mencetak gol.
Hasil imbang itu nyatanya jadi awal dari mimpi buruk Garuda. Timnas Indonesia tak berdaya di leg kedua dan harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor 2-0 dalam laga yang berlangsung di Stadion My Dinh, Hanoi itu.
Kini, Shin Tae-yong buka suara terkait kegagalan Timnas Indonesia merengkuh trofi Piala AFF perdana sepanjang sejarah sejak kompetisi itu digelar pada 1996. Setidaknya ada lima penyebab dari hasil buruk yang diraih tim Merah Putih.
Berikut 5 penyebab kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2022:
1. Kompetisi Terhenti
Dilansir dari Media Korea Selatan, Naver, Shin Tae-yong menjelaskan bahwa Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan setidaknya 135 suporter di laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober lalu, turut berdampak pada tim nasional.
Baca Juga: Kapten Thailand Ngamuk usai Dihina Fan Vietnam, Sampai Acungkan Jari Tengah
Tragedi Kanjuruhan membuat kompetisi dihentikan sekitar dua bulan. Situasi itu membuat para pesepak bola kehilangan atmosfer kompetisi dan tidak siap ketika dipanggil ke Timnas Indonesia.
"Di 'Piala AFF 2022' ini, kami coba mendorong diri kami. Performanya sendiri tidak buruk. Kecuali untuk leg kedua semifinal melawan Vietnam, bagian penyelesaian permainan itu bagus," kata Shin Tae-yong.
"Sulit menjelaskannya, tapi kompetisi di Indonesia sempat ditangguhkan kurang lebih dua setengah bulan. Liga dihentikan karena Tragedi Kanjuruhan," tambahnya.
2. Tak Adanya Uji Coba
Kompetisi yang terhenti diperparah oleh persiapan Timnas Indonesia yang minim jelang Piala AFF 2022. Selain hanya menggelar training camp (TC) cukup singkat, skuad Garuda juga tidak menemukan lawan untuk uji coba.
Alhasil, Shin Tae-yong hanya bisa fokus menggodok para pemainnya dengan menggelar TC di Bali, tetapi tidak memiliki wadah untuk mengetahui seberapa besar progres pemain pasca latihan.
"Memang menyakitkan memikirkan hal itu, tetapi dalam hal performa, sulit bagi para pemain untuk mempertahankan feeling dalam permainan," kata Shin.
"Jelang Piala AFF, mereka bahkan tidak melakoni laga persahabatan sebelum memasuki laga sebenarnya. Para pemain melakukannya dengan baik dalam program latihan, tetapi mengharapkan pertandingan pertama menjadi yang paling sulit."
"Di game pertama dan kedua, sudah menjadi strategi untuk membidik game berikutnya sekaligus meningkatkan performa."
3. Gagal Kalahkan Thailand
Meski pada akhirnya mampu lolos ke semifinal sebagai runner-up Grup A, Shin Tae-yong sedikit menyesali kegagalan Timnas Indonesia mengalahkan Thailand dalam laga ketiga grup.
Dengan keuntungan bermain di hadapan publik sendiri, Timnas Indonesia cuma bermain imbang 1-1 menghadapi Thailand yang harus bermain dengan 10 orang di pertengahan babak kedua.
"Pertandingan di Thailand sangat penting. Meski kami [bermain--Red] mengecewakan di pertandingan lain, kami bisa saja menduduki peringkat pertama [di akhir fase grup] jika mengalahkan Thailand," kata Shin Tae-yong.
"Bahkan, sebelum turnamen, kami memang mengincar juara grup karena akan mendapat keuntungan untuk bermain di kandang sendiri pada leg kedua final," tambahnya.
4. Sering Buang Peluang
Salah satu masalah Timnas Indonesia di Piala AFF 2022 adalah finshing yang buruk. Para pemain banyak sekali membuang peluang emas yang seharusnya menjadi gol.
Meski secara keseluruhan tampil kurang klinis, Shin Tae-yong menyoroti performa lini depan skuad Garuda ketika ditahan imbang Thailand.
Witan Sulaeman sempat mendapat salah satu peluang emas di laga tersebut. Dia berhasil merebut bola dari kiper lawan, tetapi gagal membobol gawang kosong setelah tembakkan mendatarnya cuma menyamping di sisi kiri gawang.
"Witan adalah pemain paling tajam di tim kami dan yang paling saya percaya. Saat saya melihat tembakkan itu melenceng, saya berpikir: 'Apa yang terjadi?'. Hal seperti ini tak boleh terjadi lagi di masa mendatang," kata Shin.
"Saya tidak mengritik Witan, saya masih percaya padanya. Namun, seperti yang sering terjadi di turnamen ini, para pemain termasuk Witan hilang ketajaman, performa dan kepercayaan diri."
5. Buruknya Lapangan My Dinh
Timnas Indonesia pada akhirnya tersingkir setelah kalah 0-2 di leg kedua semifinal kontra Vietnam. Shin Tae-yong menganggap Stadion My Dinh jadi salah satu penyebab kekalahan itu.
Meski mengakui skuad Garuda bermain buruk, Shin Tae-yong menyoroti kualitas rumput yang begitu buruk. Bola disebutnya tidak memantul sempurna dan berdiam di tempat ketika menyentuh rumput.
Hal itu dinilai Shin Tae-yong mampu dimanfaatkan Vietnam yang sudah terbiasa dengan kualitas lapangan tersebut. Mereka melakukan bola-bola panjang ke belakang bek skuad Garuda di mana salah satunya berhasil jadi gol Nguyen Tien Linh saat laga baru berjalan tiga menit.
"Di leg kedua, laga berbeda. Sepertinya alasan terbesar adalah stadion Vietnam. Pantulannya sangat berbeda. Bola yang seharusnya memantul cuma melayang di tempatnya," kata Shin Tae-yong.
"Mengetahui hal ini dengan baik, Vietnam terus memberikan umpan-umpan panjang ke ruang belakang garis pertahanan terakhir kami."
"Kami tidak bisa menangani serangan kick-and-rush itu."