Suara.com - Brunei Darussalam menjadi tim pertama yang tersingkir di Piala AFF 2022. Padahal Brunei baru saja bangkit setelah 26 tahun kembali ke Piala AFF.
Kekalahan dari Indonesia di laga ketiga Piala AFF 2022 memastikan keikutsertaan skuad Tabuan di ajang dua tahunan sepak bola bergengsi ASEAN berakhir.
Meski masih menyisakan beberapa laga di babak penyisihan grup Piala AFF 2022, Brunei Darussalam dipastikan jadi tim pertama yang tersingkir.
Hingga matchday ketiga fase grup, gawang Brunei sudah terbobol 17 gol oleh tiga tim berbeda dan hanya mampu membalas satu gol saja.
Baca Juga: Shin Tae-yong: Skuad Timnas Indonesia Harus Anggap Semua Pertandingan Piala AFF 2022 Laga Final
Diawali dari Thaialand (0-5), Filipina (1-5) dan terbaru Indonesia (0-7), pilu tentu dirasakan Brunei meskipun kondisi ini bukan tanpa alasan.
Selain babak belur di 3 laga pertama fase grup dan menjadi tim yang paling banyak kebobolan, satu fakta menyebut jika sepak bola Brunei sedang tidak baik-baik saja.
Brunei Darussalam tampil di Piala AFF 2022 dengan skuad seadananya, Mario Campesino selaku sang pelatih gagal meracik tim dengan optimal.
Hal ini tak lepas dari mati surinya kompetisi sepak bola di Brunei, kondisi yang sudah berjalan selama tiga tahun terakhir.
Brunei juga beberapa kali absen di Piala AFF mulai edisi 2012 hingga 2018, pada 2020 kesempatan kembali tampil gagal dimaksimalkan karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Isi Percakapan Shin Tae-yong saat 'Sentil' Egy Maulana Vikri di Laga Brunei vs Indonesia
Berantakannya sepak bola Brunei Darussalam seolah membuat kekalahan demi kekalahan tim ini di Piala AFF 2022 layak dimaklumi.
Membangun kompetisi sepak bola agar berjalan secara terus-menerus bukan perihal yang mudah dilakukan, kondisi yang sama sempat terjadi di Indonesia.
Amburadulnya kompetisi sepak bola Indonesia ditandai dengan rusaknya federasi hingga membuat lahirnya federasi tandingan, tak sampai di situ.
Kompetisi pun juga memunculkan kompetisi tandingan, hingga pemerintah akhirnya turun tangan meski dinilai sebagai sebuah intervensi.
Berujung pada hukuman FIFA yang diberikan kepada Indonesia, dari situlah bobroknya sepak bola Indonesia yang kini coba diperbaiki sedikit demi sedikit.
(Eko)