Suara.com - Maroko besutan Walid Regragui menjadi tim paling fenomenal di Piala Dunia 2022. Datang ke Qatar dengan status underdog, tim berjuluk Singa Atlas ternyata mampu mencapai babak semifinal, yang merupakan sejarah baru bagi negara Afrika di ajang Piala Dunia.
Tiga tim yang menduduki 10 besar peringkat FIFA; Belgia, Spanyol dan Portugal, dilibas Maroko yang bermain efisien dan efektif di Piala Dunia 2022 di bawah komando Walid Regragui.
Namun, gaya bermain Maroko di Piala Dunia 2022 dikritik sejumlah pihak. Permainan defensif dinilai para pengkritik kurang menarik. Namun, Regragui tidak ambil pusing.
Sebagaimana diketahui, negara-negara Afrika memiliki sejarah manajerial buruk yang berdampak pada kinerja tim nasional mereka di Piala Dunia. Sebut saja Nigeria atau Pantai Gading yang memecat pelatih yang sukses membimbing mereka ke Piala Dunia 2010, atau Togo yang menendang Stephen Keshi yang membantu mereka lolos ke Piala Dunia 2006.
Baca Juga: Head to Head Argentina vs Prancis: Statistik Lionel Messi dan Kylian Mbappe, Strategi Sang Juara
Keputusan-keputusan tersebut ternyata berdampak buruk. Kinerja para pemain dan performa tim-tim tersebut merosot.
Maroko sebenarnya juga mengikuti jalan yang sama ketika mereka memecat pelatih Vahid Halidhodzic, tiga bulan sebelum dimulainya Piala Dunia 2022. Pemecatan tersebut terjadi lantaran perselisihan Halidhodzic dengan para pemain dan federasi yang menyebabkan bintang mereka Hakim Ziyech keluar dari tim.
Tidak memiliki banyak waktu, Federasi Sepak Bola Maroko pun memilih Walid Regragui dengan harapan pendekatannya yang mengutamakan defensive play dapat membantu tim meraih kesuksesan.
Keputusan tersebut terbayar. Regragui tidak hanya membantu Maroko mencapai semifinal Piala Dunia, akan tetapi juga mengubah wajah sepak bola Afrika di pesta akbar sepak bola sejagat.
Selama bertahun-tahun, sepak bola Afrika lebih mengutamakan individualisme, dengan tim-tim yang terlalu mengandalkan pemain bintang seperti Samuel Eto'o (Kamerun), Didier Drogba (Pantai Gading), Michael Essien (Nigeria). Fokus pada satu individu, kekompakan tim pun kerap dikorbankan, dan lini lain dalam tim menjadi rentan.
Baca Juga: Kapten Messi Memanggilnya Sang Spektakuler, Julian Alvarez Kunci Argentina di Final Piala Dunia 2022
Regragui, yang punya pengalaman bermain di klub Eropa dan punya pengalaman melatih klub Afrika, memahami anomali tersebut. Ia pun melawan arus dan memilih tidak berpaku pada kehebatan individu demi terciptanya permainan yang efektif.
Membentuk dan menekankan kekuatan di lini belakang, Regragui menggunakan energi lini tengahnya yang tiada henti dan bakat para penyerangnya untuk menyerap tekanan lawan dan melancarkan serangan balik. Saat dibutuhkan, Maroko juga bisa bermain menyerang.
Untuk memainkan gaya sepak bola seperti itu, Regragui membuat para pemainnya bermain dengan intensitas tinggi dan secara teknis sangat cerdas untuk membaca permainan dan mengantisipasi langkah lawan selanjutnya.
Yang lebih hebatnya lagi, Regragui mengubah permainan Singa Atlas hanya dalam kurun waktu tiga bulan.
"Banyak orang Eropa mengkritik gaya permainan kami, tapi itu karena mereka tidak suka melihat tim Afrika bermain dengan cerdik," katanya pada konferensi pers.
“Mereka mengira tim-tim Afrika dulunya menyenangkan tetapi tersingkir. Tapi hari-hari itu sudah berakhir sekarang."
"Tidak hanya ada satu cara untuk menang. Lihatlah Prancis melawan Inggris, mereka tidak menciptakan 40 peluang, mereka hanya efektif. Saya tidak terlalu peduli dengan gol atau penguasaan bola."
Mengalahkan Belgia di fase grup, menumbangkan Spanyol di babak 16 besar dan menyingkirkan Portugal di perempat final, laju Maroko harus terhenti di semifinal.
Namun demikian, Singa Atlas telah menorehkan sejarah Piala Dunia, salah satunya adalah menjadi wakil Afrika pertama yang tampil di semifinal.
Kini mereka pun masih berpeluang untuk mengukir sejarah, yaitu menjadi negara Afrika pertama yang menempati peringkat tiga Piala Dunia.
Perebutan peringkat tiga Piala Dunia 2022 akan digelar di Khalifa International Stadium, Sabtu (17/12/2022). Singa Atlas akan menghadapi Kroasia, tim yang menahan imbang mereka di fase grup.