Suara.com - Cristiano Ronaldo tak hanya terancam denda miliaran rupiah usai melakukan wawancara kontroversial dengan jurnalis Piers Morgan. Manchester United bisa langsung memutus kontraknya.
Ronaldo tanpa tedeng aling-aling, menumpahkan segala amarah dan kekecewaannya terkait situasinya di Manchester United dalam wawancara itu.
Potongan wawancara kontroversial Ronaldo itu tayang hanya beberapa jam pasca Manchester United meraih kemenangan dramatis atas Fulham dalam laga pekan ke-16 Liga Inggris, Senin (14/11/2022).
Alhasil, kemenangan 2-1 Setan Merah yang ditentukan oleh gol telat wonderkid Alejandro Garnacho itu langsung tertutup oleh kalimat-kalimat kontroversial CR7.
Baca Juga: Akui Tak Respek pada Erik Ten Hag, Cristiano Ronaldo: Dia Duluan yang Tak Hormati Saya
Dalam wawancara itu, Ronaldo menuding pelatih Erik ten Hag dan beberapa petinggi Manchester United menjadikannya kambing hitam dan ingin segera melihatnya meninggalkan klub.
Melansir Metro, Manchester United dilaporkan bakal menjatuhkan sanksi berupa denda senilai satu juta poundsterling atau senilai Rp18 miliar.
Namun, dengan pemasukan yang signifikan, denda dinilai kecil. Pasalnya, nominal Rp18 miliar dapat dibayar lunas Ronaldo hanya dari dua pekan gajinya.
Pengacara olahraga dan dan partner di Leathes Prior, Dan Chapman, sebagaimana dikutip dari 90min, menjelaskan bahwa wawancara kontroversial Ronaldo bisa jadi pintu keluar baginya dari Manchester United.
Manchester United disebut memiliki hak untuk memutus kontraknya andai wawancara kontroversial itu masuk dalam ranah pelanggaran pada aturan klub maupun kontrak sang pemain.
Baca Juga: Umbar Masalah di Podcast, Cristiano Ronaldo Dinilai Mirip Iwan Bule
“Saya rasa tindakan yang dilakukan oleh Ronaldo, mulai dari wawancara yang dilakukannya dan berbagai hal yang diucapkan pada wawancara tersebut, dapat dipandang sebagai pelanggaran dari kontraknya," kata Dan Chapman.
"Ini memberi wewenang bagi Manchester United untuk mengambil respon disipliner terhadap pemain mereka."
"Apabila mereka ingin melakukannya, dan puncak dari respon tersebut adalah kontraknya dapat diputus setelah melalui respon disipliner yang sesuai dan hasil pemeriksaan menyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai pelanggaran berat," jelas Chapman.
Meski demikian, Chapman menjelaskan bahwa kemungkinan Manchester United memutus kontrak Cristiano Ronaldo akan sangat kecil. Hal itu didasari pertimbangan komersial dan citra klub.
Pemain elit, disebut Chapman, sangat jarang kena pemutusan kontrak ketika melakukan pelanggaran berat yang mencederai atau mencemarkan nama klub.
“Nyatanya, kejadian ketika klub memutus kontrak pemain dengan status elit jarang terkait pelanggaran berat jarang terjadi karena tindakan dengan risiko yang lebih rendah (dan lebih realistis dari segi komersial) adalah dengan melakukan negosiasi dengan klub lain yang memberi penawaran tercepat," kelas Dan Chapman.
"Mungkin Ronaldo sudah paham dengan keadaan ini dan ingin hengkang pada Januari dan ia merasa tidak ada kerugian yang dapat ditanggungnya dengan melakukan tindakan ini."
"Singkat kata, pada kasus ini mungkin ia merasa santai terkait risiko pemutusan kontrak atau sanksi lainnya. Ronaldo akan memiliki tim penasihat dan sulit untuk membayangkan situasi di mana ia dan tim tersebut tidak memahami potensi akibat dari wawancara ini," pungkas Chapman.