Suara.com - Tim sepak bola Arema FC telah sekian kali mengalami pergantian kepemimpinan. Bahkan baru-baru ini Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Presiden Arema FC di Kandang Singa atau kantor Arema FC, Malang pada Sabtu (29/10/2022).
Langkah yang dibuat sosok pebisnis kondang tersebut disinyalir akibat meletusnya tragedi Kanjuruhan berdarah yang menelan setidaknya 135 korban jiwa.
Gilang di hadapan pers dan beberapa fans tim Singo Edan tersebut tak kuasa menahan tangis sembari mengumumkan bahwa dirinya ingin mengambil rehat dari dunia sepak bola.
"Saya memutuskan untuk istirahat, rehat dari dunia sepak bola," ujarnya di hadapan para audiens.
Baca Juga: Bentuk Tanggung Jawab Moral Juragan 99 Angkat Kaki dari Kursi Presiden Arema FC, Sponsor Gimana?
Kepergian Gilang dari kursi presiden Arema FC menandai silih bergantinya kepemimpinan tim tersebut. Kursi kepemimpinan Arema FC kini kosong dan menanti sosok lainnya untuk membersamai tim berjuluk Singo Edan itu.
Adapun Gilang adalah satu dari beberapa sosok yang pernah memimpin tim berlogo singa gagah tersebut.
Mari simak kilas balik rekam jejak kepemimpinan Arema FC dari sejak berdiri hingga kini.
Lucky Zaenal - 1987
Lucky Zaenal tercatat sebagai orang pertama yang memegang kepemimpinan Arema FC. Lucky merupakan putra mantan Gubernur Papua, Mayor Jenderal TNI (Purn) Acub Zaenal.
Baca Juga: Gilang Widya Pramana Mundur dari Jabatan Presiden Arema FC Buntut Tragedi Kanjuruhan
Kala itu, Acub mendorong agar anaknya tergerak untuk memimpin Arema FC di masa-masa muda tim tersebut.
Lucky sontak memenuhi saran ayahnya meski Arema FC kala itu dilanda masalah finansial. Tak tergoyahkan dengan isu tersebut, Lucky tetap bersikeras mencari sponsor dan pendanaan agar Tim Singo Edan masih berkesempatan berlaga di lapangan hijau.
Prestasi Arema FC di bawah komando Lucky Zaenal salah satunya adalah menjadi juara Galatama musim 1992/1993.
PT Bentoel dan Darjoto Setiawan - 2003
Masalah finansial yang mendera Arema FC lambat laun kembali lagi. Lucky Zaenal kemudian memutar otak agar tim kesayangannya tersebut masih dapat berlaga.
Akhirnya, Lucky memutuskan untuk memberikan manajerial Arema FC ke PT. Bentoel pada 2003.
Estafet kepemimpinan Arema FC akhirnya diteruskan ke sosok Darjoto Setiawan sebagai direktur tim dan perlahan kembali membangkitkan Singo Edan dari 'mati surinya'.
Arema FC di bawah manajerial PT Bentoel juga kembali berprestasi dan menjuarai Piala Indonesia secara berturut-turut pada tahun 2005 dan 2006.
Konsorsium PT Arema Indonesia - 2009
PT Bentoel akhirnya 'dibeli' oleh BAT (British American Tobacco) dan tak lagi memutuskan untuk berkiprah di dunia sepak bola.
Akhirnya, Arema FC berada di tangan Konsorsium PT Arema Indonesia pada 2010.
Kepemimpinan Konsorsium PT Arema Indonesia menjadi sebuah 'kejatuhan' bagi tim Arema FC. Sebab kala itu, terjadi sebuah perpecahan internal yang berebut untuk aktif di Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL).
Meski demikian, Arema FC tetap menjuarai beberapa liga di bawah kondisi konflik internal.
Arema Cronus dan Bakrie Grup - 2013
Perpecahan internal tersebut kembali terjadi lagi di tahun-tahun selanjutnya. Bahkan, nama klub Arema FC harus diubah menjadi Arema Cronus demi dapat berlaga di ISL 2013. Nama tersebut diambil dari PT Pelita Jaya Cronus, kepanjangan tangan dari Bakrie Grup.
Lambat laun pihak internal muak dengan perpecahan internal dan memutuskan untuk membuat PT AABBI (Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia) pada 2016 dan membagi saham Arema antara sosok Iwan Budianto dan Agoes Soerjanto.
Juragan 99 - 2021
Sosok pebisnis muda Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 akhirnya tergerak untuk mengambil alih tongkat komando Singo Edan pada 2021 lalu.
Gilang berbekal cita-cita besar yakni mengakhiri perpecahan internal Arema FC untuk selama-lamanya.
Sayangnya, kepemimpinan Gilang harus berakhir tiba-tiba lantaran mencuatnya Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Arema FC.
Kini, tim Singo Edan menanti pemimpin baru yang dapat membawa klub kebanggaan Kota Malang tersebut setelah dilanda duka tragedi berdarah yang terjadi di stadion kebanggaan mereka.
Kontributor : Armand Ilham