Suara.com - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan setidaknya 135 suporter pada 1 Oktober lalu masih meninggalkan banyak cerita bagi orang-orang yang menyaksikan maupun terlibat langsung dalam insiden berdarah paling mematikan dalam sejarah sepak bola Indonesia itu.
Terkini, Persebaya Surabaya melalui kanal YouTube Official Persebaya, merilis video berjudul "UNTOLD Story 1st OCTOBER | Matchday Sessions : Arema FC VS Persebaya" yang berisi kesaksian staf pelatih, manajemen, hingga pemain dalam Tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pasca duel Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022-2023 di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober lalu.
Tak banyak narasi yang memperlihatkan bagaimana Persebaya Surabaya selaku tim tamu selamat dari insiden tersebut, sebelum tim berjuluk Bajul Ijo itu sendiri yang akhirnya merilis video kesaksian tersebut.
Baca Juga: Statement Normatif PSIS Semarang Soal KLB PSSI, Dukung Persebaya-Persis atau Tidak?
Semua bermula setelah Persebaya sukses meraih kemenangan 3-2 atas Arema FC. Itu merupakan kemenangan perdana mereka di kandang Singo Edan dalam 23 tahun terakhir.
Para pemain Persebaya pun bersuka cita dan meluapkan kegembiraanya di ruang ganti. Namun, momen menyenangkan itu tak berlangsung lama. Pihak keamanan meminta mereka bersiap-siap dalam lima menit untuk menuju kendaraan taktis (rantis) baracuda.
Sontak, suasana gembira di ruang ganti berubah mencekam. Tanda tanya dan kekhawatiran muncul terkait apa yang terjadi pasca laga dan seperti apa suasana di luar stadion.
"Saat peluit panjang saya belum mendapat informasi pemain harus diapakan. Setelah pemain sudah masuk ke ruang ganti, saya bertemu ibu Kasatlantas dan diminta mengevakuasi pemain," kata Security Officer Persebaya, Depri.
"Saya ke ruang ganti, ngomong ke pak manajer, bahwa kami tak bisa lama-lama di sini," tambahnya.
Baca Juga: Dukung Transformasi Sepak Bola, Persebaya dan Persis Solo Desak PSSI Gelar KLB
Para staf pelatih, manajemen dan pemain Persebaya pun segera menuju rantis untuk mendapat evakuasi dan segera meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Di momen itu lah mata mereka semua melihat kengerian yang hingga kini masih terbayang-bayang di kepala.
Kerusuhan ternyata juga terjadi di luar Stadion Kanjuruhan. Polisi dan para suporter saling bentrok, api berkobar di mana termasuk hancurnya beberapa mobil kepolisian.
Salah satu penggawa asing Persebaya, Leo Lelis menyampaikan kesaksiannya dalam unggahan video Persebaya di YouTube. Dia bergidik ngeri dan merasa takut mengingat-ingat apa yang terjadi.
"Kami tahu kemenangan ini bersejarah, tapi kami mendengar hanya punya lima menit untuk pergi. Situasinya kenapa?" kata Leo Lelis.
"Saat kami diminta 5 menit untk pergi dari ruang ganti, saya punya perasaan buruk. Tapi tetap, tak ada yang bisa membayangkan situasinya [akan] seperti itu. Kami takut dan kaget karena tidak pernah membayangkan ini berakhir menjadi tragedi."
Menurut Leo Lelis, proses evakuasi tim Persebaya Surabaya dari Stadion Kanjuruhan tidak berjalan mudah. Mereka mendapat hadangan dari suporter Arema FC. Lemparan batu dan provokasi mereka dapatkan sepanjang jalan keluar.
Di satu momen, Leo Lelis bahkan bergidik ngeri. Dia baru sadar bahwa berada di dalam baracuda tak otomatis aman setelah melihat banyak mobil polisi terbakar.
"Lalu sekitar 45 atau 60 menit saya meluhat api yang cukup besar di depan baracuda yang berjarak sekitar 20-30 meter. Lemparan semakin banyak, dan saat kami melewati mobil yang terbakar mereka [suporter Arema FC] tampak merayakan hal itu."
"Saya tak pernah melihat itu, itu seperti perang. Ada mobil tebakar, kita melewati dengan baracuda, mereka melempar batu dan merayakannya."
"Saya tidak pernah menyangka bahwa yang dibakar adlah mobil polisi, saya tak menyangka. Saya kira mobil biasa yang dibakar. Saat tahu itu, saya takut. Saya khawatir bahwa api bisa mengarah ke baracuda kami."
Tim Persebaya Surabaya pada akhirnya berhasil dievakuasi dan kembali ke Surabaya dengan keadaan selamat. Pelatih kiper Persebaya, Benyamin Van Breukelen pun mengapresiasi kesigapan aparat yang meminta mereka untuk segera meninggalkan ruang ganti dalam lima menit.
"Kalau saya rasa, lima menit dikasih waktu sangat pas untuk kita. Saya rasa kalau lebih dari itu mungkin ya tidak tahu juga kita," jelas Benyamin Van Breukelen.