Suara.com - Aremania demo di depan Gedung DPRD Kota Malang menuntut penuntasan kasus tragedi Kanjuruhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Dalam aksi demo itu berbagai poster dibentangkan. Salah satunya bertuliskan "revolusi PSSI".
Jumlah mereka yang berdemo ada ratusan orang. Kurang lebih mulai pukul 09.00 WIB, Aremania berkumpul terlebih dahulu di depan Stadion Gajayana, Kota Malang.
Selanjutnya, pada pukul 10.00 WIB, ratusan Aremania tersebut berjalan kaki menuju depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang di Jalan Tugu.
Aremania mengenakan berwarna hitam. Aksi damai tersebut tidak disertai dengan pembacaan sejumlah tuntutan terkait penuntasan kasus hukum tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 133 orang meninggal dunia.
Baca Juga: Ratusan Aremania Gelar Aksi Tuntut Keadilan Korban Tragedi Kanjuruhan
Sejumlah spanduk yang dibentangkan Aremania tersebut, antara lain bertuliskan “Jika Sepak Bola Jadi Pemersatu Bangsa, Kenapa Harus ada Korban Jiwa”. Selain itu, juga ada spanduk bertuliskan “Mana Keadilan Bagi Ratusan Nyawa”, “Tangis Seorang Ibu Tidak Bisa Dibayar Dengan Kata Maaf”, “Revolusi PSSI” dan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia #USUTTUNTAS”.
Mereka menyanyikan lagu Bagimu Negeri, Salam Satu Jiwa dan menyerukan revolusi PSSI.
Setelah itu kurang lebih pukul 11.15 WIB, mereka menyudahi aksi damai dan kembali menuju ke Stadion Gajayana untuk membubarkan diri.
Pada Sabtu (1/10), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Baca Juga: Cabut Autopsi, Keluarga Korban Kanjuruhan: Polisi Tak Mengancam, tapi Didatangi Saja Bikin Takut
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya.
Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu, sebanyak 133 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang.
Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan dan luka berat. (Antara)