"Kita tetap latihan menjalani program seperti biasa saat ini. Tim dari pelatih, ofisial hingga pemain hanya menunggu kapan bisa kembali kompetisi berjalan," kata Teco.
Situasi seperti ini membawa pada suasana kompetisi yang hampir mirip dengan masa-masa pandemi.
Perbedaannya, jika pandemi adalah isu kesehatan yang menjangkau seluruh dunia, sementara kali ini Tragedi Kanjuruhan menjadi isu olahraga yang melukai kompetisi sepak bola di Indonesia.
"Pada saat pandemi Covid, kita di Indonesia sudah merasakan tanpa kompetisi sepak bola. Kemudian saat kompetisi dimulai itu tanpa penonton. Tahun ini kita sudah mulai dengan penonton kemudian ada tragedi duka," kata pengoleksi tiga trofi Liga 1 tersebut.
"Kita sebagai orang yang terlibat di sepak bola hanya berharap keputusan terbaik dengan hadirnya Presiden FIFA ke Indonesia. Beliau bisa memberikan masukan yang terbaik," kata Teco.
"Jika memang saat kompetisi dimulai dengan tanpa penonton atau kehadiran penonton secara bertahap di stadion, maka menurut saya tidak begitu masalah," pungkas dia. (Antara)