Kisah Angga Meloloskan Diri dari Maut Tragedi Kanjuruhan, Saksi Mata Kericuhan di Tribun 10

Selasa, 04 Oktober 2022 | 16:35 WIB
Kisah Angga Meloloskan Diri dari Maut Tragedi Kanjuruhan, Saksi Mata Kericuhan di Tribun 10
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemuda berusia 17 tahun, Angga salah satu saksi mata tragedi Kanjuruhan. Dia melihat dengan jelas kericuhan di tribun 10. Bahkan Angga berjuang untuk meloloskan diri dari maut. Angga adalah suporter Arema FC dari Watugede, Singosari, Kabupaten Malang. Di tribun 10 itu, Angga tertindih dalam tragedi Kanjuruhan.

Angga nonton bola bersama 9 orang temannya. Dia duduk di tribun 10. Di sanalah salah satu tempat sasaran polisi menembakkan gas air mata.

Saat kejadian, Angga merangkul tiga orang teman satu rombongannya. Angga meminta temannya untuk tenang dan saling berangkulan. Meski kebanyakan di tribun 10 panik untuk menyelamatkan diri, tapi Angga tidak panik.

"Awalnya ada gas air mata, terus sama merangkul teman untuk saya amankan. Ada yang bilang untuk cepat keluart, tapi saya ngomong 'Santai aja jangan panik di sini dulu," cerita Angga saat ditemui di Watugede, Singosari pada Senin (3/10/2022), dikutip dari Bolatimes.

Baca Juga: Persija Setuju Liga 1 Disetop, Thomas Doll Bersyukur Tak Perlu Lagi Naik Rantis ke Stadion

Awalnya Angga dan teman-temannya berada di pinggir pagar tribun 10. Sayangnya karena terdorong massa, rangkulannya terlepas ia terpisah dari teman-temannya. Angga yang terdorong ke tengah menceritakan dirinya sempat tertindih. Lebih lanjut, ia mengunakapkan sudah pasrah karena tidak bisa bernafas.

"Saya awalnya tidak kuat lagi, sudah pasrah, nafas enggak bisa, sudah merem pingsan," ceritanya dengan terbata.

"Ada orang sebelah yang memanggil saya 'Mas mas'. Di situ saya melek, saya kemudian ambil nafas. Itu masih di gate 10, masih dalam keadaan tertindih," imbuhnya.

"Bawah saya bilang 'Ayo mas, saya yakin kamu kuat'. Terus yang di bawah saya bebas karena mendorong dari bawah ke atas. Kata yang bawah saya 'sikut aja belakangnya kamu, saya yakin kamu bisa selamat'"," jelasnya lagi.

"Saya berusaha menyikut (sambil menggerakkan tangannya ke belakang). Atas saya sempat nggak bergerak dan yang manggil 'mas-mas' di awal juga sudah pingsan. Akhirnya saya bisa keluar setelah sikut-sikutan, kaki saya sudah kram," ceritanya lagi.

Baca Juga: Kompolnas Sebut AKBP Ferli Hidayat Bukan Pemberi Perintah Tembakkan Gas Air Mata di Kanjuruhan

Sudah ada di posisi aman, Angga pun menenangkan diri sembari memijit kakinya yang kram. Lalu dia naik ke tribun dalam keadaan setengah sadar. Angga dihampiri oleh dua suporter lainnya. Mereka memberi minum kepada suporter remaja ini.

"Saya berdiri naik ke tribun, saya di situ agak enggak sadar. Lalu ada dua orang menghampiri saya memberikan minuman. Saya istirahat sebentar dan diantar keluar lewat gate 9.

Angga selamat, namun ada temannya yang meninggal. Teman Angga yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan ini bernama, Ahmad Fajar Khoirun yang diketahui warga Desa Watugede, Singosari, Kabupaten Malang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI