Suara.com - Timnas U-17 Palestina tak takut ada di Indonesia pasca tragedi Kanjuruhan. Mereka yakin PSSI menjamin keamanan mereka selama di Indonesia.
Hal itu dikatakan pelatih tim nasional U-17 Palestina Loay AlSalhe di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Senin kemarin.
"Kami tidak takut dan bertekad melanjutkan pertandingan-pertandingan kami. PSSI sangat memerhatikan keamanan dan semua kebutuhan kami," kata Loay AlSalhe.
Skuad Palestina merasa aman beraktivitas di Indonesia.
Apalagi, orang-orang Indonesia dinilainya ramah dan mencintai rakyat Palestina.
"Kalau perlu, kami tinggal sebulan di sini," kata Loay separuh bercanda.
Perasaan nyaman di Indonesia juga diutarakan pelatih timnas U-17 Uni Emirat Arab (UEA) Alberto Gonzalez.
Menurut Alberto, PSSI sudah menyiapkan penyelenggaraan Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 dengan baik.
"Kami sangat bahagia di sini. Orang-orang Indonesia baik dan ramah," tutur Alberto.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Tak Buat Lawan-lawan Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U-17 Takut
Menurut dia, pascamenyebarnya kabar kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, tim pelatih dan ofisial skuad U-17 UEA selalu berupaya menciptakan atmosfer positif di tengah para pemainnya.
Mereka tidak membahas soal ketakutan, kekhawatiran di dalam tim.
Alberto mau anak-anak asuhnya fokus sepenuhnya ke pertandingan.
"Kami hanya berbagi soal sepak bola dan kompetisi ini kepada pemain. Kami percaya peristiwa yang terjadi di Indonesia juga bisa terjadi di tempat lain. Kami sangat berduka. Namun, UEA tetap akan melanjutkan pertandingan dengan mentalitas yang sama dengan sebelumnya," ujar Alberto.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023.
Pendukung tuan rumah yang kecewa masuk ke lapangan yang membuat pihak keamanan melepaskan tembakan gas air mata.
Bukan cuma ke lapangan, gas tersebut juga ditembakkan ke tribun.
Akibatnya, puluhan ribu suporter di stadion panik dan berusaha mencari jalan keluar lantaran mereka kesulitan untuk bernapas.
Akan tetapi, akses keluar terbatas sehingga membuat banyak dari mereka terhimpit dan terinjak-injak. Korban pun berjatuhan. (Antara)