Suara.com - Kelompok suporter Persebaya Surabaya, Bonek Mania, menilai kemenangan tim kesayangan mereka melawan tim tuan rumah Arema FC pada Derbi Jawa Timur (Jatim) lanjutan Liga 1 2022/2023 tidak ada artinya dibandingkan hilangnya nyawa manusia.
“Kami sangat menyesalkan dan prihatin atas kejadian ini. Semoga menjadi terakhir insiden seperti ini,” kata koordinator suporter Bonek Mania, Husin Ghazali seperti dimuat Antara, Minggu (2/10/2022).
Pada pertandingan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10) malam, Arema FC dikalahkan tim tamu Persebaya dengan skor 2-3.
Menurut Husin, rivalitas kedua tim hanya 90 menit di lapangan dan selebihnya harus saling menghormati.
Baca Juga: PSSI Akui Tak Prediksi Bakal Terjadi Kerusuhan Maut di Stadion Kanjuruhan
Ia berharap dilakukan evaluasi semua pihak sekaligus dilakukan pembenahan demi kebaikan dan menuju sepak bola yang bisa dinikmati semua kalangan.
“Harus ada evaluasi dari semua pihak untuk berbenah demi kebaikan bersama,” katanya menambahkan.
Pihaknya juga memastikan tidak ada suporter Persebaya yang ke stadion saat pertandingan karena telah menyepakati perjanjian untuk tidak saling mengunjungi saat kedua tim berlaga.
“Kalau Arema tuan rumah maka suporter Persebaya sepakat tidak datang, begitu juga sebaliknya. Kalau Persebaya yang tuan rumah maka suporter Arema tidak ke Surabaya. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama,” Husin menegaskan.
Berdasarkan data terakhir, korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya bertambah menjadi 174 orang.
Baca Juga: Hindari Banned Imbas Tragedi Kanjuruhan, PSSI Intens Lobi FIFA
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Ditembakkannya gas air mata tersebut dikarenakan para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
[Antara]