Suara.com - Mengenal 7 pemain Belanda yang diklaim telah dinaturalisasi dan menjadi WNI saat digelarnya ajang Liga Primer Indonesia pada 2011 silam.
Sepak bola Indonesia pernah berada di titik nadir saat munculnya kisruh yang mengilhami lahirnya dua kompetisi berbeda di Tanah Air.
Kisruh ini bermula dari kekecewaan terhadap PSSI yang dipimpin Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie, sehingga segelintir orang yang bersatu dalam sebuah kelompok, mendirikan kompetisi bernama Liga Primer Indonesia (LPI).
Lahirnya Liga Primer Indonesia (LPI) dipimpin oleh Arifin Panigoro, yang mendapat dukungan dari 19 klub peserta baik itu klub baru maupun klub lama.
Baca Juga: Profil Jayden Houtriet, Gelandang Jangkung Berdarah Belanda yang Ingin Bela Timnas Indonesia
Berbeda dengan gelaran Indonesia Super League (ISL) kala itu, LPI sendiri lebih independen, yakni pendanaannya berasal dari sistem bantuan modal, bukan lagi APBD.
Untuk menyemarakkan LPI, para penggagas menyediakan para pemain asing dari berbagai negara, yang utamanya diisi oleh para pemain Belanda keturunan Indonesia.
Para pemain asing ini diboyong untuk menarik atensi masyarakat sekaligus untuk mempromosikan kompetisi saingan ISL itu.
Uniknya, para pemain keturunan yang berasal dari Belanda ini dan datang ke LPI, dilabeli pemain Indonesia kendati belum mendapatkan paspor.
Meski LPI kemudian gagal karena terbatasnya dana dan tak direstui FIFA, beberapa pemain keturunan ini diklaim masih berstatus WNI.
Baca Juga: Batal Bela Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2023, Jordi Amat Pulang ke Spanyol
Siapa sajakah para pemain tersebut? Berikut daftarnya.
Sebelum menjadi WNI seperti saat ini, Raphael Maitimo merupakan pemain keturunan yang dilabeli pemain Indonesia saat tiba dan bermain di LPI.
Saat di LPI, Maitimo bermain untuk Bali Devata. Namun setelah LPI bubar, ia kembali ke Belanda. Ia pun kembali ke Indonesia dengan bergabung Mitra Kukar dan bertahan hingga saat ini.
2. Gaston Salasiwa
Gaston Salasiwa merupakan pemain keturunan Maluku. Ia merupakan pemain didikan Ajax dan AZ Alkmaar junior sebelum bermain di LPI bersama Bintang Medan.
Salasiwa datang ke Indonesia pada 2011 dan bermain untuk Bintang Medan hingga LPI bubar. Setelah bubar, ia pun kembali ke Belanda dan bermain untuk Telstar dan terus menekuni kariernya di negeri Tulip.
3. Fred Pasaribu
Fred Pasaribu merupakan pemain keturunan Sumatera Utara. Ia datang ke Indonesia pada gelaran LPI berkat bujukan pemilik Medan Chiefs, Sihar Sitorus.
Fred sendiri membela Medan Chiefs hingga LPI bubar. Usai bubar, ia terpaksa kembali ke Belanda dan bermain di kompetisi amatir negeri Kincir Angin.
4. Dane Brard
Medan Chiefs tak hanya mendatangkan Fred Pasaribu. Ada pula pemain keturunan Belanda lainnya, Dane Brard yang juga diboyong pada gelaran LPI.
Sama seperti Fred, usai LPI bubar Dane Brard kembali ke Belanda. Hanya saja, ia langsung banting setir ke dunia kepelatihan.
5. Bryan Brard
Masih dari Medan Chiefs, ada nama Bryan Brard yang juga datang ke Indonesia untuk bermain di LPI bersama Dane Brard.
Ia datang karena memiliki darah keturunan Betawi. Sebelum menginjakkan kakinya ke LPI, Bryan Brard tercatat pernah bermain untuk Vitesse Arnhem dan Sparta Rotterdam.
6. Jordy de Kat
Jordy de Kat adalah pemain Belanda keturunan Indonesia. Ibunya berasal dari Semarang. Ia datang ke Indonesia dan bermain di LPI untuk Tangerang Wolves.
Saat itu, De Kat merupakan salah satu pemain yang mempromosikan LPI di stasiun TV nasional. Ia bahkan pernah mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-23.
Sayangnya, kualitasnya sebagai pemain terbilang buruk. Sehingga ia tak dilirik dan akhirnya meninggalkan Indonesia setelah LPI bubar.
7. Regilio Jacobs
Selain Jordy de Kat, Tangerang Wolves juga pernah diperkuat Regilio Jacobs. Ia merupakan pemain keturunan karena nenek moyangnya berasal dari Maluku.
Saat membela Tangerang Wolves, Jacobs tercatat sebagai WNI meski tak punya paspor Indonesia. Usai LPI bubar, ia kembali ke Belanda.
Karier sepak bolanya banyak dihabiskan di klub amatir. Karena kariernya tak berkembang, Jacobs banting setir ke dunia hiburan dan kini menjadi manajer artis di negeri Tulip.
Kontributor: Felix Indra Jaya